Opini

NU, Politik dan Pembangunan Peradaban [1]

NU Online  ·  Jumat, 24 September 2004 | 07:04 WIB

Oleh Said Aqiel Siradj[2]

Agama dan kebudayaan masing-masing mempunyai substansi yang berbeda, tetapi keduanya memiliki subjek yang sama yaitu bahw keduanya bertumpu pada praktik-praktik sejarah umat manusia. Praktik sejarah itulah-didasarkan nilai-nilai agama atau tidak­ -- merupakan rekaman kebudayaan manusia itu sendiri. Begitu juga, praktik-praktik keagamaan merupakan pantulan historis yang senantiasa mengalami transformasi tersendiri ketika kerinduan sejarah akan tampilnya peran-peran agama tidak bisa ditawar lagi.

<>

 

Rekaman kebudayaan bisa dilihat secara jelas ketika manusia pertama, Adam AS sebagai khalifah pertama di muka bumi yang kemudian beranak pinak dan melahirkan umat manusia. Dalam, rekaman sejarah yang sedemikian rupa itu, agama ternyata begitu dominan dalam mewarnai dinamika kebudayaan. Para filosof dari Yunani Kuno, Mesir Kuno, Abad Pertengahan dan modem berusaha semaksimal mungkin untuk membangun nilai-nilai humanisme universal, ternyata hanya berhasil menembus cakrawala bumi manusia. Tak satu pun di antara mereka yang mampu menciptakan agama. Mereka hanya mampu menciptakan kebudayaan-kebudayaan dan gagal dalam membangun keutuhan eksistensi manusia sebagai insan kamil.

Wajar jika sejak mula agama telah

: Puji Utomo