Opini

Sistem Akustik Canggih di Masjidil Haram

NU Online  Ā·  Rabu, 14 Mei 2025 | 20:31 WIB

Sistem Akustik Canggih di Masjidil Haram

Sejumlah speaker Masjidil Haram yang ditempatkan di pilar-pilar masjid. Foto diambil pada Jumat (9/5/2025). (Foto: NU Online/Patoni)

Waktu menunjukkan pukul 16.05 Waktu Arab Saudi (WAS) pada Rabu (7/5/2025) saya bergerak ke Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah wajib sebagai petugas haji. Namun, waktu yang boleh dikatakan sudah cukup sore itu belum menunjukkan cuaca yang adem karena kondisi masih terasa panas ketika saya dan sejumlah teman Media Center Haji (MCH) keluar dari kantor Daker Makkah di wilayah Syisyah.


Suhu panas langsung berkurang ketika saya masuk di salah satu bus yang mengantar saya ke Masjidil Haram. Hembusan angin dari AC bus seketika membuat suhu terasa netral kembali setelah disengat panas.


Bus menyusuri komplek Ar Rawdah dan Jarwal, dua area yang berisi deretan hotel jamaah haji Indonesia. Bus meluncur dengan lancar tanpa macet dan hambatan. Selama musim haji, kondisi jalanan Makkah memang sangat lengang. Hal ini salah satu dampak sterilisasi kota dari orang-orang yang tidak memiliki visa non-haji. Kondisi tersebut membuat seluruh jalan kota Makkah seperti jalur bebas hambatan atau tol.


Singkatnya, saya sampai di pintu utama masuk Masjidil Haram dengan menghadapi salah satu petugas keamanan pemeriksa visa dan kartu Nusuk haji. Ini merupakan pos pemeriksaan ke sekian kalinya bagi petugas dan jamaah untuk memastikan mereka membawa visa resmi haji.


Sampai di pelataran masjid, Askar (petugas keamanan Masjidil Haram) ada di mana-mana. Saya masuk lewat pintu 79 atau King Fahd Gate. Konon ini pintu satu-satunya yang akan difungsikan selama musim haji.


Hampir tidak ada yang saya pikirkan selain rasa penasaran melihat dan menghadapi Ka'bah secara langsung. Karena selama ini, kiblat umat Islam sedunia tersebut hanya bisa saya lihat di sajadah saat shalat. Tak ada kata selain ucap syukur, dzikir, wirid, dan talbiyah. Teriknya matahari seolah tidak membuat silau mata untuk terus memandangi Ka'bah.

 
​​
Suasana MasjidilĀ Haram ramai dengan jamaah haji yang sedang melaksanakan umrah wajib pada Jumat (9/5/2025). (Foto: NU Online/Patoni)
​


Usai membaca doa masuk masjid dan doa melihat Ka'bah saya berhenti sejenak untuk berniat thawaf. Tujuh putaran saya selesaikan di tengah padatnya jamaah haji dari Turki, Bangladesh, dan Pakistan. Setelah shalat sunnah thawaf, saya hadapkan diri Multazam, salah satu titik paling mustajab untuk berdoa selain di maqam Ibrahim, hijir Ismail, bukit Shafa dan Marwa. Titik-titik tersebut merupakan mustajab berdasarkan tempat (mustajab lil makan). Banyak juga titik-titik mustajab berdasarkan waktu (mustajab lil zaman).


Tentu saja kesempatan ini tidak mungkin dilewatkan begitu saja bagi siapa pun yang berkunjung ke Masjidil Haram. Doa, harapan, dan keinginan langsung saya panjatkan untuk diri saya, keluarga, tempat saya bekerja dan bernaung serta seluruh doa-doa yang dititipkan ke saya. Semoga Allah kabulkan semuanya, tanpa terkecuali.


Selesai dari Multazam saya langsung menuju ke bukit Shafa dan Marwa untuk Sa'i. Tapi sebelum itu saya minum air zamzam dengan lantunan doa memohon ilmu bermanfaat, jalan rezeki yang luas, serta sehat jasmani dan rohani. Setelah rangkaian di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) nanti, Sa'i merupakan rangkaian ibadah haji yang memerlukan fisik prima.


Selesai melaksanakan Sa'i, saya kemudian bertahalul atau mencukur rambut. Syukur saya panjatkan karena berhasil melaksanakan umrah wajib tanpa ada halangan dan hambatan apapun.


Saya kemudian keluar ke pelataran Masjidil Haram yang terus masih dipenuhi lalu lintas dan gelombang kedatangan jamaah. Cuaca sudah adem karena sebentar lagi Maghrib. Beberapa jamaah sudah standby di sejumlah titik di Masjidil Haram agar tidak terlewat shalat berjamaah.


Tidak lama kemudian, suara adzan mengalun merdu dan jernih yang keluar dari speaker Masjidil Haram. Jika dianalogikan dengan suara manusia, speaker Masjidil Haram tak ada fals-nya sama sekali. Jika di-qiyaskan dengan musik, Masjidil Haram merupakan perpaduan akustik sempurna. Ya, speaker Masjidil Haram dikenal sebagai salah satu akustik tercanggih di dunia.


Saat berkesempatan menunaikan shalat Jumat pada 9 Mei 2025 di Masjidil Haram, saya coba melihat kembali titik penempatan speaker. Speaker-speaker di ruang utama Masjidil Haram hampir seluruhnya ditempatkan di pilar-pilar masjid. Bentuk speakernya memanjang, ada yang panjangnya 1 meter dan ada juga yang ukurannya 2 meter.

 

Secara umum, distribusi speaker di Masjidil Haram tersebar di seluruh area masjid, termasuk koridor, halaman, dan jalan-jalan sekitarnya. Distribusi ini memastikan bahwa suara dapat didengar dengan jelas di setiap sudut masjid, bahkan hingga radius beberapa kilometer dari pusat masjid. Distribusi suara menggunakan sistem teknologi canggih untuk memastikan bahwa suara sampai ke semua area dengan waktu dan volume yang tepat, menghindari keterlambatan (delay) atau tumpang tindih (overlapping) suara.

 
​​
Nampak speaker MasjidilĀ Haram nemplokĀ di pilar warna krem dekat salah satu pintu masuk ke Ka'bah, Jumat (9/5/2025). (Foto: NU Online/Patoni)
​


Berdasarkan Gulf News, Pengeras suara yang berjumlah lebih dari 8.000 speaker itu dikendalikan di 6 ruang kontrol terpadu dengan operator sebanyak 120 orang teknisi andal di bidangnya. Tim teknisi melakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara day to day atau harian untuk memastikan kualitas suara tetap optimal. Proses ini melibatkan pengujian semua komponen, termasuk amplifier, speaker, dan mikrofon, serta penyesuaian berdasarkan kondisi akustik harian.


Tim teknisi bekerja di ruang kontrol yang terpadu berperan mengelola sistem audio. Ruang-ruang ini dilengkapi dengan teknologi canggih untuk mengatur volume, frekuensi, dan distribusi suara secara efisien, serta untuk menangani situasi darurat jika terjadi gangguan teknis. Seluruh tim teknisi berkolaborasi dengan perusahaan dan ahli dari berbagai negara untuk memastikan bahwa pengembangan teknologi dan sistem audio di Masjidil Haram berjalan secara berkala.


Sistem audio di Masjidil Haram dirancang untuk menyampaikan suara adzan, iqamah, dan bacaan imam dengan kejernihan tinggi kepada jutaan jamaah yang hadir di dalam dan sekitar masjid. Adapun mikrofon di Masjidil Haram menggunakan lebih dari 100 mikrofon berkualitas tinggi yang ditempatkan di berbagai lokasi strategis. Mikrofon ini dirancang untuk menangkap suara dengan kejernihan maksimal, bahkan dalam kondisi keramaian yang tinggi.


Sebanyak 120 teknisi bertugas memantau dan menyesuaikan kualitas suara secara real-time, tidak ada delay dan memastikan bahwa setiap komponen berfungsi optimal selama 24 jam sehari. Para teknisi dan operator sistem audio menerima pelatihan intensif untuk mengoperasikan dan memelihara sistem ini. Pelatihan mencakup aspek teknis, manajemen krisis, dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan akustik dalam konteks ibadah.

 
​​
Speaker MasjidilĀ Haram di pilar warna krem tempat jamaah perempuan melaksanakan shalat, Jumat (9/5/2025). (Foto: NU Online/Patoni)
​


Untuk keandalan maksimal sistem audio Masjidil Haram dirancang dengan tingkat redundansi tinggi. Terdapat tiga sistem suara yang beroperasi secara bersamaan. Satu sebagai sistem utama dan dua sebagai cadangan. Jika sistem utama mengalami gangguan, sistem cadangan akan langsung mengambil alih tanpa jeda, memastikan kelangsungan ibadah tanpa hambatan.


Sistem audio juga dirancang dengan mempertimbangkan arsitektur Masjidil Haram yang kompleks. Penempatan speaker dan desain akustik disesuaikan untuk meminimalkan gema dan distorsi suara, memastikan bahwa suara dapat didengar dengan jelas di seluruh area masjid. Komponen sistem audio, termasuk speaker dan amplifier, dibuat dari material berkualitas tinggi yang tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem, seperti suhu tinggi dan kelembaban yang umum terjadi di Arab Saudi, terutama di Makkah.

 
​​
Speaker MasjidilĀ Haram berbentuk memanjang yang terletak di pilar besar koridor lantai 2, Jumat (9/5/2025). (Foto: NU Online/Patoni)
​
 

Namun, secanggih apapun sistem, potensi adanya masalah tetap saja bisa terjadi. Untuk mitigasinya, tim teknisi melakukan monitoring dan diagnostik secara real-time. Masjidil Haram membangun sistem mitigasi berisi fitur monitoring dan diagnostik real-time yang memungkinkan deteksi dini terhadap potensi masalah, sehingga dapat segera ditangani sebelum mempengaruhi kualitas suara.


Masjidil Haram dengan sistem audio yang canggih dan manajemen profesionalnya ingin memastikan bahwa setiap jamaah dapat menikmati pengalaman ibadah yang khusyuk dan nyaman, mendengar setiap lantunan adzan, iqamah, bacaan imam shalat, dan doa terdengar dengan jelas, di mana pun jamaah berada di dalam kompleks masjid.


Dengan kecanggihan sistem speaker di Masjidil Haram, alunan adzan bikin merinding siapa saja yang mendengarnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa Masjidil Haram tidak hanya sebagai pusat spiritual umat Islam, tetapi juga sebagai tempat dengan sistem akustik paling canggih dan andal. Apalagi Masjidil Haram dilengkapi dengan penyimpanan dan akses data audio. Semua rekaman suara, termasuk adzan dan khutbah disimpan dalam sistem penyimpanan digital yang aman dan dapat diakses untuk keperluan dokumentasi atau siaran ulang.


Patoni, melaporkan dari Makkah, anggota Media Center Haji 2025
Ā