Wawancara

Sistem Pendidikan Mestinya Tumbuhkan Kreativitas dan Inovasi

Rab, 27 November 2019 | 21:30 WIB

Sistem Pendidikan Mestinya Tumbuhkan Kreativitas dan Inovasi

Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Aris Adi Leksono. (Foto: istimewa)

Pendidikan nasional masih menyisakan seabrek persoalan. Ironisnya, setiap pemangku kebijakan berganti, dalam hal ini menteri, berganti pula kurikulum yang berusaha disuntikkan pada dunia pendidikan. Berbeda pula dalam memandang problem mendasar yang terjadi di dalam pendidikan, baik dari segi kurikulum, evaluasi, kebutuhan anak didik, dan lain-lain. Sehingga memunculkan anekdot: ganti menteri, ganti kurikulum, ganti sistem.

Gonta-ganti kurikulum nasional hingga sekarang belum juga mampu menjawab kebutuhan pendidikan Indonesia secara mendasar. Dampaknya hanya akan memberikan bertumpuk-tumpuk pekerjaan adminstratif hingga ke tingkat satuan pendidikan. Lazimnya kurikulum dan sistem dirancang untuk kebutuhan dunia pendidikan dalam jangka panjang.

Bahkan, negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, Finlandia justru menyerahkan sepenuhnya tantangan pendidikan pada sekolah masing-masing. Pemerintah tidak secuil pun melakukan intervensi kurikulum. Pola Finlandia ini bukan tidak tersistem, tetapi justru sistem itu lahir dari tingkat sekolah yang berusaha menjawab problem berdasarkan ciri khas masing-masing.

Indonesia tidak harus meniru negara lain, karena kondisi sosiologisnya berbeda. Tetapi minimal bisa mengadopsi sistem yang berkembang di negara maju dengan tetapi mempertahankan identitas kebangsaan. Toh, negara lain juga ada yang mengadopsi sistem pendidikan pesantren yang berkembang di Indonesia, misal Turki.

Prinsipnya, sistem pendidikan mestinya dirancang untuk menumbuhkembangkan kreativitas dan daya inovasi yang tinggi pada diri anak-anak didik. Dalam hal ini, Jurnalis NU Online, Fathoni Ahmad mewawancarai salah seorang Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Aris Adi Leksono.

Selain menjelaskan soal sistem pendidikan, Aris juga panjang lebar menekankan pentingnya perhatian terhadap kesejahteraan guru. Karena guru merupakan garda terdepan dari sebuah proses pendidikan. Ia juga menanggapi video viral pernyataan Mendikbud Nadiem Makarim tentang guru dan dunia pendidikan Indonesia saat momen Hari Guru, 25 NoBerikut petikan wawancaranya:

Seperti apa upaya yang harus dilakukan agar pendidikan Indonesia bisa lebih bersaing?

Sistem Pendidikan yang dibarengi dengan penguatan manajerial dan leadership yang kuat pada tataran birokrasi dan pelaksana di lapangan. Sistem yang memicu tumbuh kembangnya inovasi dan kreativitas steakholder pendidikan dengan tetap menggali potensi lokal berciri khas Indonesia.

Teknologi secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan peran seorang guru. Tapi saat ini masih banyak guru, terutama honorer yang gajinya jauh dari layak. Tanggapan Anda?

Guru harus mendapatkan perhatian dari pemerintah baik pusat maupun daerah, terutama bagi guru honorer. Tentu butuh dukungan regulasi yang berpihak kepada guru honorer. Bisa dengan pola rekrutmen oleh pemerintah daerah dan distribusi juga di bawah kendali pemerintah daerah. Sehingga kontrol tanggung jawab guru bisa lebih dekat dan berkelanjutan.

Seperti apa langkah Pergunu untuk mengatasi problem kesejahteraan guru?

Pergunu hari ini intens komunikasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan perhatian kesejahteraan dan perlindungan kepada guru, baik negeri maupun swasta. Dengan pola advokasi kebijakan, terutama politik anggaran pendidikan yang berpihak kepada guru dalam rangka penguatan kompetensi, perlindungan, dan kesejahteraan.

Apakah betul masih banyak guru honorer yang belum mendapatkan penghidupan layak dari profesinya itu?

Betul, pola penanganan perhatian kesejahteraan kepada guru antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah masih tumpang tindih. Guru di bawah Kemenag bersifat sentralisasi, sedangkan guru Kemendikbud sudah terdesentralisasi.

Guru di bawah binaan dinas pendidikan wajib mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah daerah, tapi beberapa daerah tidak memiliki perhatian langsung terhadap guru di bawah kementerian agama.

Tentang video viral Mendikbud Nadiem Makarim saat Hari Guru, sepertinya akan ada lagi perubahan sistem pendidikan. Bagaimana Anda menanggapinya?

Pidato Mas Menteri saya kira secara konten memang dalam rangka merespon perkembangan dan tuntutan revolusi industri 4.0. Tapi saya kira perlu konten pidato yang diperkaya dengan memberikan apresiasi proses dan perjuangan guru yang sudah dilakukan selama ini, terutama guru-guru kita yang berjuang lahir batin di daerah terdepan, terpencil, dan terluar (3T).

Bagaimana perhatian pemerintah terhadap guru yang berjuang di daerah terdepan, terpencil, dan terluar itu?

Perhatian guru di daerah 3T ada dari pemerintah, tapi masih sangat minim, terutama bagi guru honorer, terutama yang mengabdi di lembaga swasta. Dalam konteks ini perlu memaksimalkan peran pemerintah daerah untuk seluruh guru, baik yang berasal dari madrasah maupun sekolah.

Apakah betul selama ini guru hanya disibukkan dengan persoalan administrattif seperti yang disinggung Mendikbud?

Betul, guru banyak kerja administratif, sehingga perlu disederhanakan. Sehingga guru lebih fokus untuk kualitas  pelayanan kepada peserta didik. Lebih dari penyederhanaan perangkat adalah menumbuhkan ‘ruh midarris’ guru sejati, yaitu menjadi guru yang baik atau tidak sama sekali.

Bisa disebutkan, seperti apa contoh administrasi yang selama ini membebani itu?

RPP (Rancangan Program Pembelajaran) yang banyak mengulang konten silabus. Ada buku guru juga. (*)