Wawancara HARLAH KE-61 PMII

Langkah PB PMII Wujudkan Cita-cita Terdepan dalam Kemajuan

Sab, 17 April 2021 | 06:45 WIB

Langkah PB PMII Wujudkan Cita-cita Terdepan dalam Kemajuan

Ketua Umum PB PMII, Muhammad Abdullah Syukri (Abe). (Foto: Instagram/M Abdullah Syukri)

Hari ini, Sabtu (17/4), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) genap berusia 61 tahun. Dalam harlahnya kali ini, PMII mengusung tema PMII Terdepan dalam Kemajuan.


Untuk mengetahui langkah mewujudkan tema tersebut menjadi sebuah aksi nyata, Pewarta NU Online Syakir NF berkesempatan mewawancarai Ketua Umum Pengurus Besar PMII 2021-2023 terpilih, Muhammad Abdullah Syukri, pada Sabtu (17/4).


Pria yang akrab disapa Abe itu lahir dan tumbuh di Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat. Ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur. Di kampus itulah, ia ditempa sebagai kader PMII, lalu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya di melanjutkan studinya di Universitas Duisburg Essen, Jerman.


Berikut petikan wawancara NU Online dengan Ketua Umum PB PMII 2021-2023 M Abdullah Syukri.


61 tahun usia yang sudah cukup matang untuk sebuah organisasi. Banyak dinamika yang terus bergulir sebagai pendewasaan bagi organisasi, termasuk para anggota dan kadernya. Tema PMII Terdepan dalam Kemajuan tentu memiliki maksud khusus. Apa makna yang dimaksud dari tema PMII Terdepan dalam Kemajuan? 


PMII selalu berkomitmen dalam ikhtiar-ikhtiar, terlibat dalam proses-proses pembangunan bangsa, dalam berbagai sektor. Terbukti 61 tahun PMII telah mendedikasikan dirinya menjadi bagian dari perjalanan pembangunan bangsa.


Maka, ke depannya, kami berharap pembaharuan di negeri ini, kader-kader PMII selalu terdepan.


Apa langkah yang sudah dan akan dilakukan PMII dalam mewujudkan tema yang dimaksud menjadi kenyataan?


Tentu banyak sekali yang sudah dilakukan dari generasi sebelumnya, mencetak kader terbaik di berbagai sektor. Ke depannya, kita akan tetap melakukan itu dengan strategi inovatif dan mendorong kader tetap berkarya dalam bidangnya masing-masing tanpa menghilangkan ciri khas aktivis yang idealis, berintegritas, dan selalu peka dalam terlibat dalam penyelesaian masalah di lingkungannya masing-masing.


Bagaimana menghadapi friksi internal dan eksternal yang kerap menjadi batu sandungan dalam melangkah menuju cita tersebut?


Dalam setiap sisi kehidupan selalu akan ada fiksi dan itu hal yang biasa itu adalah dinamika organisasi Kita sebagai anak muda yang sedang tumbuh bersama menjadi seorang kader yang matang maka dari itu bagi saya itu bukan batu sandungan tetapi memang proses dinamika yang harus dilalui kader PMII baik itu dalam konteks internal maupun eksternal itu adalah latihan


Dunia mahasiswa adalah dunia akademik nan ilmiah. Mungkin ini juga menjadi landasan sebuah kemajuan yang dimaksud dalam tema Harlah ke-61 ini. Mas Ketum bertekad untuk menginisiasi forum ilmiah dan akademis sebagai wadah aktualisasi kader dalam menyampaikan gagasan dan idenya. Forum yang sama sudah banyak dibuat, baik di kampus atau lembaga lain. Saya tidak berharap para kader PMII tidak mendapat tempat di sana. Kenapa Mas Ketum merencanakan agenda tersebut, meskipun tempat lain juga banyak menyediakannya?


Banyak kampus, NGO (non-government organization), lembaga penelitian yang sudah melakukannya tetapi ini akan menjadi menarik ketika organisasi aktivis kemanusiaan seperti PMII mampu menyelenggarakan secara mandiri memberikan panggung kepada kadernya tentang karya dan produk yang telah dihasilkan oleh kader-kader PMII.

 

Produk tersebut dalam berbagai macam bidang baik itu produk-produk bersifat buku jurnal karya ilmiah produk pemikiran atau bahkan gerakan-gerakan nyata dalam kehidupan sosial atau di bidang teknologi di bidang ekonomi dan lain sebagainya itu sebetulnya sudah banyak berkarya kita perlu dorong perlu stimulus dari internal terlebih dahulu lalu kemudian sah-sah saja kader-kader PMII mengikuti di tempat-tempat yang lain tetapi kita perlu mendorong Itu dari sisi internal terlebih dahulu.


Tentu gagasan brilian para kader tidak selesai dan berhenti di forum. Apa langkah selanjutnya setelah membuat forum itu?


Ya, saya sepakat bahwa itu tidak selesai di forum harus dikembangkan dan harus disebarluaskan karya dari kader-kader tersebut, buah pemikiran dari kader-kader tersebut, sehingga dampak dari karya itu sangat terasa bagi tidak hanya bagi PMII, tapi juga bagi masyarakat. Ini nanti bisa di kembangkan ide-ide yang dimiliki sahabat-sahabat PMII tentu dengan jaringan yang kita punya baik itu dari dukungan dari pemerintah, dari sektor swasta, maupun dari civil society yang lain. Jadi, kita bantu dari sisi jaringan, kemudian pengembangan dan lain sebagainya.


Indikator sebuah kemajuan di antaranya juga ditopang dengan sains dan teknologi. Selama ini, PMII dari sektor tersebut belum terdengar gaungnya. Dalam mewujudkan tema itu, bagaimana skema dalam merekrut, mengkader, dan merawat sahabat-sahabati dari kalangan jurusan sains dan teknologi?


Ya, ini jadi satu tantangan sendiri dari dulu ya tentang kaderisasi mahasiswa di jurusan sains dan teknologi. Ke depannya, tentu harus ada penyesuaian tentang materi-materi kaderisasi formal, maupun nonformal, atau bahkan informal yang menyesuaikan dengan kebutuhan teman-teman dari jurusan sains dan teknologi. Bahkan teknis pelaksanaan rekrutmen kader dan lain sebagainya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka.


Nah, tentu ini menjadi tantangan yang besar karena kebutuhan sains dan teknologi di dunia saat ini semakin besar. Di satu sisi, PMII juga harus menyiapkan kader-kader di situ. Ini tentu menjadi hal yang menarik, ya, ketika kita banyak memiliki saintis-saintis tetapi di satu sisi mereka memiliki ideologi keislaman dan kebangsaan yang jelas.


Bagaimana langkah PMII mewujudkan kemajuan dari sektor ini?


Selain juga kita menyesuaikan materi kaderiasi, kita juga akan memberikan wadah-wadah khusus dari mulai tingkatan PB dan bisa diadopsi ditingkatkan PKC (Pengurus Koordinator Cabang), PC (Pengurus Cabang), dan komisariat, bahkan rayon bahwa kita akan mengelompokkan data yang sesuai minat mereka, sehingga kita akan membuat satu terobosan yaitu lembaga profesi, salah satunya tentu teman-teman yang bergerak di bidang sains dan teknologi. Mereka akan mendapatkan ruang untuk beraktivitas di PMII dengan caranya mereka masing-masing.


Kemandirian secara ekonomi juga menjadi tolok ukur kemajuan. Bagaimana PMII dapat mandiri secara organisasi dan mewujudkannya di semua tingkatan kepengurusan?


kemandirian PMII secara ekonomi juga sepakat ini hal yang sangat urgen. Tentu selain kemudian kita menstimulus kader dengan memberikan pelatihan dan workshop, bahkan akses jaringan untuk mengembangkan kemandirian ekonomi PMII dari tingkatan paling bawah sampai ke atas, atau yang paling penting juga penanaman nilai-nilai karakter karakter PMII kepada setiap masing-masing.


Saya pernah dikritik oleh salah satu senior, dia bilang begini, Rasulullah itu menjadi pedagang sukses menjadi pengusaha sukses itu bukan karena ikut pelatihan entrepreneur atau bukan karena ikut seminar motivasi bisnis, tapi karena memang Rasulullah memiliki sifat-sifat seperti sidiq, amanah, fathonah.


Maka dari itu, sebetulnya nilai-nilai yang diajarkan oleh PMII bisa mengantarkan kader PMII ke dalam gerbang kesuksesan dengan berbagai macam profesi. Ketika karakter-karakter yang tangguh, yang mandiri, tidak cengeng, berintegritas, menjunjung tinggi nilai idealisme dan sebagainya, mau jadi pengusaha, mau dia jadi aktivis, akademisi, mau dia jadi politisi, mau dia menjadi peneliti, saya yakin dia pasti akan bisa menjadi apapun. Maka dari itu, kemandirian ekonomi ini diharapkan juga menjadi salah satu output dari pada penanaman nilai-nilai karakter kader PMII ke depannya. (*)