Opini

Pemilu dan Ancaman Barat

NU Online  ·  Jumat, 5 Maret 2004 | 18:47 WIB

Ulinnuha Husnan

<>

Jakarta, NU Online


Puluhan tahun Indonesia dalam bayang-bayang penguasa lalim. Setelah Orde Lama, Orde Baru yang keduanya berakhir karena menghianati rakyat, Orde Reformasi di tangan Megawati pun tidak menunjukkan tanda-tanda pencerahan. Bahkan Megawati dinilai mulai meniru gaya Soeharto dalam konservatifme dan diktatorisme. Kini bangsa Indonesia tidak lama lagi akan mengadakan pemilihan umum. Rupanya, ada tanda-tanda akan tergelincir dalam “kebebasan” yang tidak terarah. Bahkan kita nyaris tidak terasa sudah  jatuh ke  tangan imperialis baru dari barat.



Hanya kebebasanlah –kalau sepakat dengan hal ini- yang dapat dianggap sebagai salah satu hasil nyata dari gaung reformasi. Namun, kebebasan tersebut tidak akan membawa dampak positif bagi perjalanan bangsa apabila tidak didukung dengan perangkat-perangkat yang sanggup membalencing dan memproteksinya. Yang terjadi adalah penuhanan dan pendewaan terhadap kebebasan. "Penuhanan" terhadap kebebasan (baca; kebebasan tanpa batas) hanya akan menyuburkan tindakan amoral dan anarkhisme. Padahal agama sangat menolak dan anti terhadap tindakan amoral-anarkhisme.


Bangsa yang berumur lebih dari setengah abad ini semakin hari bukan bertambah baik, aman dan sejahtera. Namun, suasana suram dan mendung duka selalu menyelimutinya, pembunuhan manusia atas manusia menjadi aktifitas yang biasa. Apakah ini akibat dosa yang dilakukan nenek moyang kita, ataukah ini adalah awal dari sebuah kemenangan dan kebahagiaan? Atau, apakah ini adalah ganjaran setimpal yang diberikan Tuhan kepada kita akibat kezaliman dan kebusukan para politisi dan kemunafikan para pemimpin?. Pertanyaan tersebut tidak usah dijawab karena hanya menambah beban baru saja.


Pemilu sudah diambang pintu, janji dan sumpah palsu mulai dihembuskan dan ditebarkan satu persatu, bukan saja dipojok-pojok kota, pelosok desa pun terkena imbasnya. Ia bak benalu, sekilas membawa berkah, namun tak lama akan menerkam dan membunuh tuannya. Dengan dibukanya kembali kran kebebasan, muncullah sekitar tiga ratus kemudian setelah diadakan verifikasi tinggal dua puluh satu partai politik yang akan siap "bertanding" adu kekuatan untuk menentukan siapakah "jagoan" yang akan memenangkan pertarungan pada 5 April 2004 mendatang dan mengantarkan wakilnya ke singgasana kepresidenan.


Setiap partai sudah menyiapkan jurusnya masing-masing, ada yang menggunakan jurus money politik, ada yang mengandalkan jurus topeng monyet, menyelinap kesana kemari memasuki rumah-rumah rakyat dengan bertopengkan sumpah palsu. Semoga rakyat tidak tergiur dan terlena sehingga salah pilih dalam Pemilu nanti.


Strategi Global


Indonesia yang terkenal dengan kesuburan tanahnya ternyata cukup menggiurkan negara-negara barat untuk datang dan menguasainya. Dulu, selama tiga setengah abad belanda berhasil menguasai dan mengeruk semua kekayaan kita, Jepang pun demikian. Kini, akan muncul kembali penjajah baru yang ingin menguasai negara yang gemah ripah loh jinawi ini. Ya, sebutlah barat dengan strategi globalnya sudah mulai melancarkan serangan mautnya. Mereka akan memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini menjadi beberapa bagian. Timor Timur sudah merdeka, sekarang Irian, Maluku, Ambon dan Aceh masih bersikeras ingin memisahkan diri dari NKRI. Jika hal ini terus terjadi maka strategi barat untuk menguasai Indonesia tak lama lagi akan terealisir.


Disamping itu ada lagi isu-isu baru yang sengaja diciptakan oleh barat untuk menghancurkan Indonesia bahkan umat Islam secara universal. Isu terorisme, misalnya, merupakan bagian dari strategi global yang sengaja dikepakkan barat untuk memberikan opini terhadap dunia internasional bahwa Islam adalah agama jelek, tidak berperikemanusiaan dan berkeadilan. Ternyata rencana itupun "mendapatkan persetujuan" dari sebagian umat Islam. Munculnya Osamah ben Laden, disusul kemudian oleh Ba'asyir dan Amrozi adalah salah satu bukti kasat mata yang akhirnya dijadikan barat sebagai justifikasi