Nasional

Edukasi tentang Covid-19 kepada Masyarakat Tak Boleh Berhenti

Jum, 17 September 2021 | 06:30 WIB

Edukasi tentang Covid-19 kepada Masyarakat Tak Boleh Berhenti

Ketua Tim Satgas Covid-19 PBNU, H Andi Najmi Fuaidi. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Ketua Tim Pengarah Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Andi Najmi Fuaidi mengatakan bahwa pemberian pemahaman atau edukasi mengenai Covid-19 kepada masyarakat tidak boleh berhenti. Sebab virus ini terus bermutasi sangat cepat serta memiliki varian sangat banyak. 


Treatment (perlakuan) terhadap Covid-19 pun mau tidak mau harus mengikuti varian yang cukup cepat itu. Kita tahu di awal-awal (pandemi), semua hanya mengenal Covid-19 saja. Tetapi ternyata ada jenis baru yang disebut Alpa, Delta, dan Gama,” tutur Andi dalam acara Istighosah NU dan Penguatan Informasi Covid-19 di Indonesia, disiarkan langsung TVNU, pada Kamis (16/9/2021) malam. 


Perlakuan terhadap Covid-19 juga selalu berubah-ubah. Awalnya, masyarakat diminta untuk melakukan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Namun, seiring waktu berjalan masyarakat kembali dianjurkan melakukan 5M yakni dengan tambahan menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. 


Di awal-awal pandemi pula, penggunaan masker hanya untuk orang yang bergejala atau memiliki indikasi terpapar Covid-19. Kemudian saat ini semua orang diwajibkan mengenakan masker sebagai upaya untuk mencegah penularan Covid-19.


“Perkembangan waktu mengharuskan penggunaan masker tidak cukup satu, tetapi harus memakai masker ganda. Jadi pemahaman tentang Covid-19 dengan berbagai caranya tidak boleh berhenti karena varian itu juga berkembang semakin cepat,” kata Wakil Sekretaris Jendral PBNU itu. 


Ia menegaskan, seluruh masyarakat punya hak untuk mengetahui semua informasi yang benar mengenai Covid-19. Hal ini, kata Andi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pasal 28F UUD 1945 juga menjadi pijakan hak masyarakat atas informasi tentang Covid-19, termasuk soal varian, perlakuan, serta cara pencegahannya. 


Meski demikian, pemberian edukasi mengenai Covid-19 tidak cukup jika hanya dilakukan melalui saluran media digital berbasis internet. Sebab tidak semua orang bisa dijangkau internet dan tidak semua masyarakat pula memiliki jangkauan untuk membeli kuota internet.


“Pendekatan lain pun tidak kalah penting untuk harus dilakukan. Melalui pendekatan manual berbasis relasi agama, relasi kultural, relasi sosial. Dua pendekatan itu harus tetap dilakukan secara masif, sehingga pemahaman tentang Covid-19 yang dimiliki masyarakat tidak akan tertunda oleh sinyal yang tidak selamanya bagus,” katanya.


Lebih lanjut, Andi menjelaskan bahwa NU merupakan ormas keagamaan yang secara konsisten selalu melakukan upaya-upaya pencegahan Covid-19. Pertama, pendekatan medis. Hal ini dilakukan dengan mengacu pada ketentuan dan teori-teori medis yang sudah diketahui. Kedua, tentu saja melalui pendekatan spiritual dengan menggelar berbagai istighosah dan doa bersama. 


Ia mengingatkan bahwa Covid-19 sudah berjalan selama 18 bulan, mengacu pada pengumuman pasien 1 dan 2 di Depok Jawa Barat, pada 2 Maret 2020. Sudah setahun lebih Covid-19 berjalan dan belum ada tanda-tanda usai. Andi menyatakan, saat ini belum saatnya ‘lebaran’ atau terbebas dari Covid-19.


“Kita belum dinyatakan menang melawan Covid-19, tetapi kita harus optimis bahwa kita sedang menuju kemenangan melawan Covid-19. Optimis itu adalah sebagian dari imun. Bisa mempertebal dan menambah imun kita,” kata Andi. 


Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) RI Usman Kansong menyebut, NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia yang memiliki peran penting dalam melakukan edukasi masyarakat. 


“NU adalah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial-kemasyarakatan, kesehatan, serta ekonomi punya peran penting dalam penguatan komunikasi dan informasi serta edukasi bagi masyarakat, terkait informasi yang benar tentang Covid-19 di Indonesia,” kata Usman.


Ia berharap, NU senantiasa mempertahankan dan meningkatkan berbagai agenda dalam rangka memberikan informasi yang benar kepada warganya. “Sehingga Nahdliyin bisa menghindarkan diri dari hoaks,” pungkas Usman. 


Diketahui, pada kesempatan ini hadir Ketua Satgas Covid-19 PBNU Muhammad Makky Zamzami, Ketua  Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djorbon, dan Ketua MUI Bidang Infokom KH Cholil Nafis. Acara ini diawali dengan pembacaan istighatsah dan doa bersama yang dipimpin oleh Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Misbahul Munir. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad