Nasional

Kasus Covid-19 Turun, YKMNU Ingatkan Jaga Imun dengan Tanaman Herbal

Sab, 11 September 2021 | 07:30 WIB

Kasus Covid-19 Turun, YKMNU Ingatkan Jaga Imun dengan Tanaman Herbal

Ilustrasi Covid-19. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Meski kasus Covid-19 terus menurun, imun tubuh tetap harus terjaga. Sebab, virus terus bermutasi untuk mempertahankan diri sehingga tidak ada yang mengetahui kapan pandemi akan berhenti. Sementara manusia untuk memperkuat imun tubuh di antaranya dengan mengonsumsi tanaman-tanaman herbal.


Ketua Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU), Endang Sulistina Umar, menyampaikan bahwa konsumsi tanaman herbal juga tidak boleh sembarangan. Dalam arti, harus ada pengetahuan yang memadai. Sebab, alih-alih memperkuat imun tubuh, justru memperlemah karena konsumsi berlebihan yang mengakibatkan penyakit tertentu pada tubuh.


Hal itu disampaikan saat webinar bertema Penyuluhan Tanaman Herbal yang Meningkatkan Imunitas Selama Pandemi Covid-19 pada Sabtu (11/9). Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama YKMNU dan Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta.


Apt Annisa Farida Muti, Dosen Prodi Farmasi UPN Veteran Jakarta, menyampaikan bahwa sistem imun menjadi tentara pertama yang bisa menjadi pelindung untuk mencegah tertular virus Covid-19.


Ada berbagai bahan yang bisa diolah menjadi ramuan herbal untuk meningkatkan imun, mulai dari bawang putih, jahe, kunyit, kulit kayu manis, batang serai, daun kelor, jambu biji, aneka lemon, jeruk nipis, hingga sambiloto dan biji-bijian seperti jintan hitam.


Namun, dalam mengolahnya, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Muti mengingatkan bahwa bahan tersebut harus dicuci terlebih dahulu agar kotorannya hilang. “Bersih dari tanah, debu, ataupun kotoran yang bisa mengganggu pembuatannya,” kata Muti.


Selain itu, untuk meningkatkan jumlah senyawa yang dihasilkan, bahan-bahan tersebut bisa dicacah, diiris kecil-kecil, ataupun digeprek. Untuk beras dapat digiling. Secara umum, bahan-bahan tersebut juga bisa dibuat serbuk.


Dalam proses pembuatannya, ia mengimbau untuk tidak menggunakan bahan yang mengandung logam karena dikhawatirkan akan timbul reaksi mengurangi efek obat tradisionalnya, seperti wadah yang mengandung alumunium ataupun besi.


Muti juga mengingatkan agar ramuan yang dibuat itu hanya dikonsumsi untuk satu hari, tidak untuk disimpan. “Kalau disimpan bisa dalam bentuk kering, seperti serbuk,” katanya.


Menurutnya, ramuan ini juga bisa dikreasikan dengan ditambahkan jeruk nipis atau lemon untuk memberikan rasa yang berbeda. Bisa juga, lanjutnya, ditambahi pemanis seperti madu, gula pasir, gula batu, daun stevia, pemanis sintesis rendah kalori lainnya, ataupun sari kurma. “Boleh modifikasi (sesuai) selera dan seni pembuatnya,” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori