Internasional

Suasana Shalat Jumat di Masjid Nabawi

Jum, 23 Juli 2021 | 14:00 WIB

Suasana Shalat Jumat di Masjid Nabawi

Niam Almuzakki, Bendahara IPNU, salah satu jamaah shalat Jumat di Masjid Nabawi, Jumat (23/07/2021). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Selepas menunaikan haji, Niam Almuzakki langsung bertolak ke Kota Madinah. Di sana, Wakil Bendahara Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) itu sangat bersyukur dapat menunaikan shalat Jumat di Masjid Nabawi. Pasalnya, masjid tersebut akan ditutup bila telah penuh dengan jamaah.

 

"Misal pukul 11 sudah penuh, itu ditutup. Pernah juga kata orang Indonesia di sini, jam 10 sudah ditutup karena memang jam-jam awal itu para jamaah sudah berdatangan ke Masjid Nabawi," katanya kepada NU Online pada Jumat (23/07/2021).

 

Untuk menuju masjid kedua yang dibangun Rasulullah itu, ia berjalan kaki dari penginapannya di Wisma Indonesia. Dengan waktu tempuh 15 sampai 17 menit, ia berjalan lurus terus mengikuti Jalan sudah tiba di Masjid Nabawi pukul 10.20.

 

Sebelum masuk, ia harus melewati pemeriksaan suhu tubuh. Ia juga harus menunjukkan kondisi kesehatannya melalui sebuah aplikasi kesehatan. "Kita di Masjid Nabawi wajib menunjukkan aplikasi kesehatan Tawakkalna. Di situ ada informasi status kita terhadap virus Covid-19. Positif, atau masa penyembuhan, sudah vaksin atau belum, dan sebagainya," jelasnya.

 

Jamaah, katanya, baru dibolehkan masuk ketika mereka sudah divaksin dua kali atau sembuh dari Covid-19. 

 

Sebagaimana di tempat lain, jamaah juga harus menjaga jarak dengan jamaah lainnya, wajib mengenakan masker, dan tidak boleh bersalaman. "Ada banyak tulisan 'No Shake Hand'," ujarnya.

 

Selain itu, Niam juga sudah berencana dan berupaya semaksimal mungkin untuk berziarah ke Rasulullah dan bersujud serta memanjatkan doa di Raudlah. Namun, nampaknya kesempatan itu belum datang pada tahun ini. Pasalnya, untuk memasuki dua tempat suci nan mulia itu, ia harus memesan kuota sebelumnya melalui sebuah aplikasi. Saat ia memesan di malam sebelumnya, kuota sudah terpenuhi hingga hari Sabtu (24/07/2021) esok.

 

"Yang ingin ke Raudhah atau ke makam Nabi harus menggunakan aplikasi. Kita daftar aplikasi. Jumlahnya dibatasi. Ketika banyak sudah mendaftar dan dianggap penuh, maka aplikasi tampil tidak tersedia. Hari ini sampai besok penuh. Adanya hari Ahad," kata pria asal Cirebon, Jawa Barat itu.

 

Ia pun dengan sepenuh rela belum bisa sowan ke hadapan Rasulullah saw dan berdoa di Raudlah. Pasalnya, Jumat (23/07/2021) malam, ia harus Kembali ke ibukota Arab Saudi, Riyadh, untuk mempersiapkan diri pulang ke kampung halamannya di akhir Juli mendatang.

 

Meskipun demikian, ia merasa sangat bersyukur dapat menunaikan rukun Islam kelima. Bahkan, haji yang dijalaninya di masa pandemi ini dirasa istimewa mengingat jamaah haji yang jauh lebih sedikit ketimbang haji pada tahun-tahun sebelumnya.

 

"Saya merasa istimewa karena memang di setiap tahunnya jumlahnya begitu banyak, lebih dari 2 juta. Tetapi saat ini, kita melaksanakan 60 ribu orang saja. Kita benar-benar diarahkan, difasilitasi, dan dipantau," katanya.

 

Ia mengaku bisa lebih fokus berhaji karena tidak direpotkan dengan kebutuhan yang kadang di waktu haji biasa mungkin terasa sulit, seperti tenda yang penuh dengan jamaah, hingga wudhu yang harus mengantre cukup lama. "Kita di sini semuanya tidak ada antre. Makan juga disiapkan penuh," kenangnya.

 

Ia pun memahami kondisi pandemi yang membuatnya tidak bisa berziarah ke hadapan Nabi dan memanjatkan harapannya di ‘Taman Surga’. Tetapi, hal tersebut tak mengurangi rasa syukurnya dapat menjalani iktikaf di Masjid Nabawi.

 

"Ya memang ini di Masjid Nabawi cukup disayangkan. Tetapi saya memahami hal demikian. Siapa cepat dia dapat karena musim pandemi ini. Jadi cukup ketika saya sudah bisa meluang berzikir, ikitikaf di Masjid Nabawi ini," katanya.

 

Selepas menunaikan shalat Jumat di Masjid Nabawi, ia pun menyempatkan diri untuk berjumpa dengan Nahdliyin di sekitar masjid tersebut. Ia berbincang dan bertukar pikiran mengenai berbagai hal. "Kita masih bisa bertemu dengan kader-kader NU berbagi informasi," pungkasnya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan