Internasional MUSIM HAJI 2021

Kisah Niam Almuzakki, Pemuda yang Bisa Berhaji Tahun Ini

Sen, 19 Juli 2021 | 14:00 WIB

Kisah Niam Almuzakki, Pemuda yang Bisa Berhaji Tahun Ini

Niam Almuzakki, jamaah haji asal Indonesia, saat berada di Masjidil Haram. (Foto: Dok. Pribadi)

Jakarta, NU Online
Haji di masa pandemi Covid-19 menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang sangat ketat. Niam Almuzakki, jamaah haji Indonesia, menyampaikan bahwa jamaah sudah harus melakukan vaksinasi dua dosis.


“Kami saat pendaftaran haji harus sudah harus vaksin dua kali atau penyintas yang sudah sembuh di sini,” katanya kepada NU Online pada Senin (19/7).


Selama ibadah haji ini, semua jamaah wajib menggunakan masker. Perangkat protokol kesehatan sudah disediakan untuk masing-masing jamaah.


“Kami pun sudah disiapkan seperangkat alat kesehatan kebersihan sebagai hand sanitizer, tissue basah, dan lain-lain,” ujarnya.


Setiap masuk suatu tempat dan melalui pos, suhu para jamaah juga dicek. “Dan setiap masuk pos itu ada cek suhu,” kata Wakil Bendahara Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) itu.


Denda besar
Ia juga menyampaikan bahwa Masjidil Haram sangat terbatas, tidak terbuka bagi selain jamaah haji yang sudah terdaftar. Bagi mereka yang berani mencoba akan dikenakan denda yang besar.


“Karena ini dijaga ketat. Dari sisi luar kota, orang-orang yang menggunakan ihram selain yang terdaftar itu tidak boleh masuk. Yang melanggar akan mendapatkan denda yang lumayan besar,” jelasnya.


Selain itu, ia menuturkan bahwa jamaah haji untuk tahun ini menginap di tenda di Mina dengan diberikan fasilitas yang mencukupi. Mereka tidak menginap di Hotel.


Tinggal di Mina, Niam berangkat ke Masjidil Haram menggunakan bus untuk menunaikan tawaf dan sai bersama rombongan. Dua bus berjalan bersama dikawal satu mobil keamanan.


“Kami berangkat dari titik kumpul menuju langsung ke Masjidil Haram dengan beberapa teman atau rombongan ada 2 bus dan dikawal dengan satu mobil keamanan,” katanya.


Ketatnya pemeriksaan 
Tiba di Masjidil Haram, ia dan jamaah haji lainnya diperiksa dengan ketat. Mereka dikoordinasikan oleh seorang koordinator yang bukan peserta haji atau tidak melakukan ibadah haji. Ia hanya bertugas mengkoordinasikan jamaah.


“Kami memasuki daerah Masjidil Haram melalui beberapa pemeriksaan. Kemudian masuk ke Masjidil Haram dengan berkelompok dan dipandu oleh satu koordinator yang mana koordinator ini bukan peserta haji,” ujarnya.


Di Masjidil Haram, ia dan jamaah haji lainnya melakukan tawaf qudum dan sa’i haji. Setelah itu, mereka kembali lagi ke penginapan di Mina dengan bus berbeda.


“Kami bisa naik mobil mana saja sesuai dengan zona. Jika zona hijau, maka hanya boleh menggunakan mobil di zona hijau. Pun zona kuning, biru, dan lainnya,” kata Niam.


Sementara itu, untuk wukuf di Arafah, ada dua golongan. Sebagian berangkat saat malam hari, sebagian lainnya berangkat selepas Subuh. Jamaah haji hanya mengikuti arahan koordinator masing-masing.


“Kami mengikuti koordinator untuk menunggu bus dan kita akan bersama-sama menuju Arafah,” tuturnya.


Untuk masuk ke Arafah, jamaah haji dari Mina langsung naik bus kemudian kita menuju ke Arafah. Di sana, jamaah haji disediakan tenda yang dapat memuat 43 orang. “Setiap orang mendapatkan semacam kasur tapi bisa menjadi kursi juga,” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori