Balitbang Kemenag

Belajar Daring Bukan Sekadar Mengejar Ketuntasan Kurikulum

Rab, 23 Juni 2021 | 04:30 WIB

Belajar Daring Bukan Sekadar Mengejar Ketuntasan Kurikulum

Ilustrasi: Target pencapaian tujuan belajar perlu dirumuskan ulang untuk tidak sekadar mengejar ketuntasan kurikulum dan bahan ajar, namun juga pemahaman dan penguasaan keterampilan hidup siswa.

Para peneliti Litbang dan Diklat Kementerian Agama mengungkapkan proses belajar dari rumah selama masa Covid-19 memberikan ruang terbuka kepada guru untuk bereksplorasi menerapkan prinsip kemerdekaan belajar yang sesungguhnya, yaitu merumuskan kembali komitmen pada tujuan belajar yang ingin dicapai.


"Dari konsep itu, fleksibilitas perlu dipahami dengan lebih jauh dalam praktik belajar. Otonomi pembelajaran yang diberikan tidak sekadar dimaknai pemberian kebebasan dan kesempatan yang diberikan dalam praktik belajar. Tetapi, harus mengacu pada target capaian belajar yang disepakati di awal ketika pembelajaran akan dijalankan," papar peneliti dalam laporannya.


Pada penelitian yang dilakukan tahun 2020 tersebut, peneliti menyebutkan target pencapaian tujuan belajar perlu dirumuskan ulang untuk tidak sekadar mengejar ketuntasan kurikulum dan bahan ajar, namun juga pemahaman dan penguasaan keterampilan hidup siswa. Siswa perlu cakap dan terampil agar mampu berjuang mempertahankan hidupnya saat ini dan di masa yang akan datang. Hal inilah yang harus sepenuhnya dipahami oleh guru, orang tua, dan juga siswa.


Berorientasi kepada ketuntasan kurikulum dan bahan ajar terkonfirmasi oleh temuan survei Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang menyebutkan sebanyak 87,6 persen siswa mengaku mendapat 'semua mata pelajaran' saat belajar dari rumah.


Selain itu, pada pembelajaran daring, guru diberikan otonomi untuk melakukan penyederhanaan dalam pembelajaran, dengan tidak memberikan arahan instruksional yang kaku tentang bagaimana seharusnya siswa belajar di rumah.


Selain itu, pada pembelajaran daring, guru diberikan otonomi untuk melakukan penyederhanaan dalam pembelajaran, dengan tidak memberikan arahan instruksional yang kaku tentang bagaimana seharusnya siswa belajar di rumah.


Dalam praktik belajar dari rumah ditemukan dari hasil survei Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang menyebutkan metode pembelajaran yang paling sering digunakan siswa saat belajar dari rumah adalah metode penugasan sebesar 86,8 persen.


 Orang tua didorong untuk mampu melibatkan secara aktif anak-anak mereka dalam upaya menetapkan prioritas pembelajaran sehari-hari di rumah. Berdasarkan aspek keterlibatan orang tua ketika peserta didik belajar dari rumah, sebagian besar siswa (53 persen) mengaku 'kadang-kadang' didampingi orang tua mereka. Bahkan 22,3 persen siswa mengaku 'tidak pernah' didampingi orang tua mereka saat belajar di rumah. Hanya 24 persen siswa yang mengaku 'selalu' didampingi.


Meski demikian, orang tua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk berperan dalam pembelajaran dari rumah seperti: mendampingi, mengawasi, membantu, memfasilitasi, mengingatkan, dan membantu belajar anak mereka.


Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori