Warta

Sastra Berkualitas Tak Harus Sesuai Selera Pasar

Sab, 10 Maret 2007 | 07:27 WIB

Jakarta, NU Online
Karya sastra yang berkualitas tidak harus sesuai dengan selera pasar. Karya yang sesuai dengan kaidah kesusastraeraan, katakanlah yang memperkaya peradaban belum tentu diminati oleh pihak penerbit profoesional karena tidak banyak menarik keuntungan.

”Kalau dihitung dari sisi jumlah karya-karya besar Pak Pram (Pramodya Ananta Toer: Red) tidak seberapa dibanding dengan karya-karya populer yang diminati oleh pasar dan digandrungi para pembaca,” kata Sastrawan Ahmad Tohari di sela sela acara Malam Anugerah Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2006 di Taman Islail Marzuki (TIM) Jakarta, Jum’at (9/3) malam.

<>

Ahmad Tohari bertindak sebagai dewan juri Sayembara Novel DKJ 2006. Dua dewan juri lainnya adalah Apsanti Jokosujatno, dosen sastra Perancis di Universitas Indonesia, dan Bambang Sugiharto, dosen Filsafat di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Sayembara Novel DKJ 2006 yang diikuti oleh 249 peserta kali ini dimenangkan oleh Mashuri (31) dengan karya berjudul ”Hubbu” yang berkisah seputar”generasi ketiga” dalam tradisi pesantren. Mashuri adalah jebolan dua Pondok Pesantren yakni Pesantren Salafiyah Wanar dan Pesantren Ta’sisur Taqwa, keduanya berada si Lamongan, Jawa Timur. Kini Mashuri sedang aktif mengisi rubrik Ngaji Sastra di harian Duta Masyarakat.

”Dewan juri memutuskan karena Hubbu itu sangat utuh dan padu ceritannya. Sebenarnya yang saya unggulkan bukan itu tapi Buku tanpa Kisah yang berkisah seputar pesantren juga, tentang pendobrakan dinding pesantren,” kata Ahmat Tohari sembari tersenyum.

”Sebenarnya hampir semua pantas terbit, pantas disuguhkan ke masyarakat. Maka saya sarankan para peserta yang tidak menang untuk tetap mengajukan karyanya ke penerbit. Anggap saja penilaian kali ini hanyalah dari satu sudut pandang mata saja, sudut mata yang lain semisal sudut mata Gramedia dan lain-lain masih ada. Mereka inilah yang lebih tahu selera pasar,” tambah Tohari. (nam)