Warta

Perkembangan Sastra Pesantren Menggembirakan

Rab, 13 Desember 2006 | 10:16 WIB

Jakarta, NU Online
Perkembangan novel ciklit atau novel remaja turut mempengaruhi minat para santri untuk menuliskan pengalamannya tentang dunia pesantren. Kini telah terbit beberapa novel dengan latar belakang pesantren yang ditulis sendiri oleh para santri.

Sholeh Israh dari perwakilan LKiS Jakarta mengungkapkan untuk menampung dan mengembangkan minat para santri untuk menulis kini LKiS membuka divisi Mata Pena yang mengkhususkan diri untuk menerbitkan karya para penulis muda.

<>

“Ini untuk memberi warna lain terhadap penerbitban dan novel yang bergaya ‘”kota” yang bergaya melankolis. Dari sini, santri bisa bercerita apa adanya tentang kehidupan pesantren dan problematika yang dihadapinya, ini sangat menarik,” tuturnya.

Bagi sebagian orang, kehidupan pesantren merupakan kehidupan tertutup yang sulit dipahami. Banyak diantara mereka yang memiliki stigma negative tentang pesantren. Novel tentang pesantren ini sedikit banyak bisa bercerita kepada masyarakat luas apa dan bagaimana hidup di pesantren dengan segala ritual dan tradisinya.

Beberapa novel yang sudah diterbitkan dan mendapat respon yang positif adalah Love in Pesantren, Santri Semelekete, Santri Nekad, dan Gus in Love. Masing-masing dicetak 5000 exemplar. “Respon pembaca sangat bagus, bahkan tingkat penjualannya bisa 4 kali lipat dari buku-buku pemikiran LKiS,” tuturnya.

Buku pemikiran dan wacana yang diusung LKiS memang memiliki segmen pembaca terbatas. Dengan mengembangkan sayap usahanya pada buku-buku populer tersebut, Sholeh mengaku kelompok LKiS bisa terus bertahan dan berkembang.

Untuk mendongkrak penjualan, novel tersebut diedarkan secara langsung ke berbagai pesantren dengan diskon besar sebelum dilepas ke pasar. Ramadhan merupakan moment yang tak terlewatkan karena pada bulan tersebut penjualan naik drastis. Pada bulan tersebut, dalam sehari, ia bisa melakukan road show ke 5 pesantren.

Potensi besar yang ada dikalangan santri untuk menulis tak disia-siakan LKiS. Mereka rajin menggelar workshop tentang penulisan di berbagai pesantren. Forum itulah yang menjadi salah satu sumber naskah bermutu yang diperoleh LKiS.

Cerita-cerita percintaan gaya pesantren antara ustadz dengan santri, bagaimana perilaku santri bandel yang selalu bikin ulah sampai dengan anak kota yang masuk pesantren yang sok mengglobal tapi tak beretika dan pecandu narkoba dihadapkan dengan kehidupan santri yang selalu guyub dan menjaga nilai-nilai agama merupakan kisah nyata yang dituliskan kembali oleh tangan-tangan kreatif santri.

Sementara itu, untuk memberi ruang bagi para ustadz muda dalam menuangkan pemikirannya tentang Islam moderat, LKiS membuat divisi Pustaka Pesantren. “Kita juga berusaha mengembangkan para ustadz muda untuk menungkan pemikirannya dalam bentuk buku,” tuturnya. (mkf)