Warta

Nasr Hamid: Agama dan Teks-Teksnya Bersifat Netral

NU Online  ·  Ahad, 29 Agustus 2004 | 15:27 WIB

Jakarta, NU Online
Pada dasarnya, agama dan teks-teksnya bersifat netral, dalam artian merupakan teks yang terbuka untuk berbagai aktualiasi makna. Tetapi kontekstualisasi dikancah pertaruangan ideologi sangat ditentukan oleh pretensi dan kecenderungan pembacanya.

Demikianlah sebagian dari pandangan Nasr Hamid Abu Zayd dalam Workshop Kritik Wacana Agama yang berlangsung di hotel Millenium Jakarta 28-29 Agustus.

<>

Pemikir Islam yang pernah dikafirkan di Mesir tersebut berpendapat bahwa dalam wacana, terkandung sebuaha kekuatan. “Wacana seperti mata uang yang memiliki nilai. Sebuah wacana memiliki kekuatan untuk mempengaruhi publik,” ungkapnya saat dipanel bersama Rektor UIN Sunan Kalijogo Prof. Amin Abdullah.

Zayd juga menjelaskan bahwa yang harus dikritik bukan hanya pemikiran Islam konservatif, tetapi seluruh model pemikiran Islam lainnya, termasuk Islam liberal. Kritik-kritik yang diajukan Abu Zayd mempersoalkan dengan tajam berbagai interest politik dan ekonomi yang tersembunyi dan mengeram dibalik semua produksi wacana Islam.

Karena itulah, terdapat reaksi tajam yang dimulai dengan penolakan pada promosinya sebagai profesor penuh pada Fakultas Sastra Universitas Kairo dengan alasan karya-karyanya telah mengalangar ortodoksi Islam menyangkut Qur’an, Nabi, Sahabat, dll.

Pada akhirnya, ia diputuskan oleh pengadilan untuk menceraikan istrinya karena dianggap telah kafir sehingga harus meninggalkan negerinya dan hijrah ke Belanda pada tahun 1995 untuk mengajar sebagai visiting professor di Leiden University.

Sebenarnya masa kecilnya juga pernah bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam konservatif, yang ketika itu menjadi arus besar. Bahkan pada umur 12 tahun, ia sudah pernah merasakan penjara saat aparat keamanan serangkaian penangkapan terhadap aktifis ikhwan.(mkf)