Nasional

Keluhan Pedagang Hewan Kurban Jelang Idul Adha: Harga Tak Stabil hingga Ancaman PMK

NU Online  ·  Selasa, 3 Juni 2025 | 17:00 WIB

Keluhan Pedagang Hewan Kurban Jelang Idul Adha: Harga Tak Stabil hingga Ancaman PMK

Hewan kurban sapi yang dijual oleh Bastomi di Batang, Jawa Tengah. (Foto: dok. pribadi)

Batang, NU Online

Menjelang Hari Raya Idul Adha, aktivitas jual beli hewan kurban mulai menggeliat di berbagai daerah. Namun di balik semaraknya pasar, para pedagang hewan kurban dihadapkan pada berbagai tantangan yang tak ringan.


Selain persaingan antarpenjual yang semakin ketat, mereka juga harus menghadapi kenaikan harga yang tidak stabil hingga ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK) bagi hewan kurban yang selalu menghantui menjelang Hari Raya Idul Adha.


“Penjual sapi semakin banyak serta ketika mendekati Idul Adha, harga tiap hari naik jadi agak kesulitan dalam mencari hewan dengan harga yang ekonomis tapi hewannya yang bagus,” kata Bastomi, pedagang sapi kurban asal Desa Sijono, Warungasem, Batang, Jawa Tengah, saat dihubungi NU Online, pada Selasa (3/6/2025).


Tak hanya itu, pria yang juga menjabat Kepala Desa Sijono itu mengeluhkan kemunculan kembali PMK yang nyaris selalu muncul menjelang Idul Adha. Menurutnya, pola kemunculan penyakit ini setiap musim kurban terasa janggal dan menyulitkan para peternak maupun pedagang.


Selain menurunkan kepercayaan pembeli terhadap kualitas dan kesehatan hewan, kemunculan PMK juga membuat distribusi sapi menjadi lebih terbatas.


Ia menilai, kondisi ini seperti siklus tahunan yang belum pernah benar-benar diselesaikan secara tuntas oleh pihak terkait.


“Menjelang Idul Adha pasti penyakit PMK pasti hadir kembali. Yang di luar nalar adalah kenapa penyakit PMK pasti datang menjelang Lebaran Idul Adha? Jadi petani sangat terganggu sekali dengan harga yang kurang stabil dan penyakit yang bermunculan lagi,” ujar pria yang juga Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Kabupaten Batang masa khdimah 2016-2018 itu.


Meski demikian, Bastomi tetap melanjutkan usahanya yang dirintis sejak 2021. Kini, jumlah sapi yang ia sediakan meningkat pesat. Harga sapi yang ditawarkan bervariasi, tergantung jenis dan ukuran.


“Saya mulai usaha jual beli sapi tahun 2021 dan jumlah awal kita beli 4 ekor. Untuk sekarang ada 60-an ekor sapi yang tersedia,” katanya.


 “Harga betina Rp16 juta sampai Rp23 juta dan jantan Rp30 juta sampai Rp50 juta. Jenisnya: limosin, Jawa, saron, dan lain-lain,” jelasnya.


Ia mengatakan bahwa pembeli sapinya berasal dari beragam kalangan, mulai dari panitia masjid, individu perorangan, hingga lembaga keagamaan.


Sebagai pedagang sekaligus warga NU, ia memaknai usahanya secara sederhana, yakni merupakan bentuk ikhtiar dalam berdagang tanpa embel-embel warisan usaha dari keluarga.


“Niatnya kita usaha berdagang saja. Kita masih merintis, bukan pewaris,” pungkasnya.