Pustaka

A’malul Qulub: Menyelami Pekerjaan-pekerjaan Hati

Sel, 6 April 2021 | 05:15 WIB

A’malul Qulub: Menyelami Pekerjaan-pekerjaan Hati

Buku A'malul Qulub karya Dr Khalid Utsman al-Sabt. (Foto: dok. istimewa)

Pada dasarnya, pada diri manusia terdapat dua unsur yang selalu bergerak, baik bergerak ke arah positif ataupun negatif. Jika ke arah positif, maka ia akan melakukan kebaikan-kebaikan, baik secara vertikal maupun horizontal. Sebaliknya, jika bergerak ke arah negatif, maka ia akan melakukan keburukan-keburukan, baik secara vertikal maupun horizontal pula.


Dua unsur itu, yang satu adalah unsur dzohir dan yang satunya lagi adalah unsur batin. Unsur dzohir adalah bagian-bagian yang terlihat oleh mata. Artinya, gerakannya masih bisa kita pantau. Contoh unsur dzohir positif adalah saat kaki kita melangkah menuju masjid untuk shalat  berjamaah. Sementara contoh negatifnya adalah seperti saat kedua tangan digunakan untuk mencuri.


Lain lagi dengan unsur batin yang tidak bisa kita lihat pergerakannya. Tentu tidak mudah memantau dan mengontrolnya. Unsur batin ini adalah semua aktifitas hati. Tentu, semua aktivitasnya tidak bisa kita lihat dan kita pantau. Kita hanya bisa merasakannya. Contoh unsur zohir yang positif adalah saat kita berprasangka baik (husnuzon) pada orang lain. Sementara contoh negatifnya semisal saat kita hasud (iri) dengan orang lain.


Adalah Dr. Khalid Utsmani al-Sabt, ulama asal Saudi Arabia, yang menuliskan buku berjudul A’malul Qulûb. Sebuah buku yang mengupas tentang hakikat dan aktivitas-aktivitas hati agar kita bisa mengetahui hakikat hati itu sendiri dan mampu memahami aktivitas-aktivitasnya, baik yang positif maupun yang negatif.


Buku ini terbagi menjadi empat judul besar, yaitu Hakikat Hati, Ikhlas, Yakin dan Khusyuk. Pada setiap judul besar, memiliki sub-sub judul terkait yang diuraikan dengan sederhana tapi mendalam.


Pada judul Hakikat Hati, Dr. Khalid menjelaskan tentang (1) definisi hati, (2) kedudukan hati, (3) perbandingan hati, pendengaran dan penglihatan, (4) hal-hal yang dapat memperbaiki hati, (5) hal-hal yang merusak hati, (6) perbuatan hati, (7) amalan hati dari aspek pahala dan dosa, (8) keunggulan amalan hati, (9) memperhatikan amalan hati, (10) amalan anggota tubuh, dan (11) kondisi manusia. (hal. 11-81)


Dalam bukunya, Dr. Khalid menyebutkan bahwa kondisi hati selalu berubah, sehingga sulit untuk mengendalikannya. Sebagaimana dalam bahasa Arab, hati diistilahkan dengan kata al-qablu, yang memiliki arti dasar ‘berubah-ubah’, mengutip salah satu syair, Dr Khalid menyebutkan,


مَا سُمِّيَ القَلْبُ إِلاَّ مِنْ تَقَلُّبِهِ
والرَّأيُ يصرفُ، والأهواءُ أطوارُ


Tidaklah hati disebut qalbu kecuali karena mudah berubah.

Sungguh pikiran terhadap keadaan seseorang mampu mengubah (hal. 14)


Ada yang menarik untuk kita renungi pada pembahasan Hakikat Hati. Menurut Dr Khalid, amalan hati bisa berdampak pada amalan badan. Contoh saja, saat keikhlasan dalam hatinya hilang, maka ia akan terjerumus dalam kesyirikan. Amal hati juga merupakan dasar keselamatan dari siksa neraka; seperti bertauhid yang ada di dalam hati, menjadi penentu apakah dia masuk neraka atau surga. Tergantung beriman apa tidak. (hal 62-63).


Pada pembahasan Ikhlas, Dr Khalid menjelaskan tentang (1) makna dan hakikat ikhlas, (2) perbedaan antara ketulusan, kemurnian dan kebenaran niat, (3) kedudukan ikhlas dalam agama, (4) ikhlas dalam al-Qur’an dan sunnah, (5) tingkatan-tingkatan ikhlas, (6) sulitnya meraih ikhlas dan (7) pengaruh keikhlasan terhadap perilaku. (hal. 84-110)


Satu hal yang perlu kita garis bawahi pada bab ini adalah, keikhlasan sangat berpengaruh dalam perbuatan manusia. Menurut Dr. Khalid, segala perilaku yang dilakukan atas dasar ikhlas, kelak di hari kiamat amal baiknya akan dibalas dengan berlipat-lipat. Kendati ukuran amal itu kecil. Sebaliknya, amalan yang tidak dilakukan atas dasar ikhlas, pahala yang diperoleh kecil sekali. Kendatipun itu amal  besar saat di dunia. (hal. 110-111)


Berikutnya, Dr. Khalid mengutip ucapan Ibnu al-Mubarak, “Banyak sekali amal  kecil menjadi besar karena niatnya. Namun, tak sedikit pula amal banyak menjadi sedikit karena niatnya.” (hal. 111)


Pada bab Yakin, Dr. Khalid membahas (1) makna dan hakikat yakin, (2) perbedaan antara ilmu, yakin, dan percaya, (3) kedudukan keyakinan, (4) kata yakin dalam al-Qur’an dan sunah, (5) menguji keyakinan, (6) jalan menuju keyakinan dan (7) dampak positif dari keyakinan. (hal 123-159)


Menurut Dr. Khalid, keyakinan dalam hati memilih banyak pengaruh, baik terhadap hati, perilaku, sikap, maupun perbuatan. Di antara pengaruh tersebut adalah jika keyakinan sudah sampai ke hati, maka hati tersebut akan penuh dengan cahaya dan kelapangan, jauh dari sifat-sifat yang menafikannya; seperti keraguan, kegamangan, kegelisahan, dan sebagainya. (hal. 159)


Dengan mengutip ucapan Ibnu al-Qayim, Dr, Khalid menuturkan, “Berbeda dengan keyakinan, keraguan dan kegelisahan justru melahirkan kegalauan, kesedihan, kebingungan, dan segala perasaan yang hanya Allah yang mengetahui. Semua perasaan itu akan hilang dengan ilmu dan keyakinan. Wajarlah jika keraguan akan mendatangkan rasa panas bagi orang yang mengalaminya”. (hal 159-160)


Pada bab Khusyuk, Dr. Khalid membahas tentang (1) makna khusyuk, (2) perbedaan-perbedaan, (3) urgensi dan kedudukan khusyuk, (4) khusyuk dalam al-Qur’an dan sunnah, (5) tingkatan-tingkatan khusyuk, (6) tingkatan-tingkatan manusia dalam khusyuk, (7) macam-macam khusyuk, (8) jalan menuju khusyuk, (9) dampak dan pengaruh khusyuk, (10) hal-hal yang menghilangkan kekhusyukan dan (11) keadaan khusyuk para salaf. (hal. 215-271)


Menurut Dr. Khalid, kekhusyukan banyak memiliki manfaat bagi diri. Di anataranya; khusyuk dapat mengusir syaitan dalam hati, mendapatkan keluruhan kedudukan di sisi Allah,mencapai sesuatu yang diinginkan, melahirkan akhlak terpuji, mengembalikan kodrat sebagai hamba. (hal. 263-267)


Dr. Khalid mengutip pernyataan Masruq yang berkata kepada Sa’id bin Jubair, “Tidak ada saat yang paling aku cintai kecuali saat meletakkan wajahku di atas tanah karena Allah. Ketahuilah, Nabi Muhammad saw sendiri tidak pernah secara sengaja menjauhkan tanah kecuali yang menempel pada saat melakukan sujud. Karena itu, beliau juga pernah bersujud di atas air dan lumpur, sebagaimana yang disebutkan dalam Sahih al-Bukhari ddan Muslim”. (hal. 267)


Peresensi adalah Muhammad Abror, mahasantri Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta, alumnus Pesantren KHAS Kempek Cirebon


Identias Buku:

Judul: A’malul Qulub

Penulis: Dr Khalid Utsman al-Sabt

Penerjemah: Tatam Wijaya

Tebal: 283 halaman

Penerbit: Qaf Media Kreativa

Cetakan: Ke-1, April 2020

ISBN: 978-602-5574-72-0