Oleh: Nanang Qosim
Dalam sejarah manusia di muka bumi ini, puasa diakui memiliki peran dan fungsi yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian manusia yang baik. Ini terbukti dengan banyaknya tokoh dunia yang merupakan figur-figur manusia yang selalu melakukan aktivitas berpuasa dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja, mereka semua adalah para Nabi Allah yang kita muliakan. Mereka semua tidak lain adalah contoh-contoh teladan dari kalangan agamawan yang terlatih di dalam melaksanakan ritual puasa tersebut.
Pun, puasa sangatlah diperlukan oleh seorang manusia dalam rangka melatih ketahanan fisik guna menghadapi penderitaan yang selalu saja menyertai kehidupannya. Karena dengan berpuasa seseorang akan terbiasa menghadapi cobaan hidup seperti menghadapi keterbatasan yang kerap menjadi fenomena yang sering kita alami. Bahkan, puasa dapat mengajarkan kepada manusia untuk selalu bersikap empati terhadap penderitaan yang diderita oleh sesama manusia. Puasa juga mendorong manusia untuk rela berbagi antar sesama umat manusia.
Di negeri ini (Indonesia) yang setiap tahunnya kedatangan Ramadhan dan sebagian besar pemimpin dan rakyatnya adalah beragama Islam, tentunya mereka semua turut berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan keagamaan di bulan Ramadhan ini. Oleh sebab itu, dengan banyaknya penduduk di negeri ini yang berpuasa, sejatinya bangsa ini akan mampu menghasilkan para pemimpin yang berkualitas dan juga rakyat yang kuat di dalam mengemban tugas sehari-hari.
Sudah waktunya dengan berpuasa bangsa Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang besar dan kompetitif di dunia intenasional. Karena tanpa kita sadari, dengan berpuasa bangsa ini sedang mengingatkan dirinya sebagai bangsa yang ber-Tuhan seperti yang sudah tertulis di dalam sila pertama Pancasila "Ketuhanan Yang Maha Esa". Yang berarti percaya kepada Tuhan bermakna bahwa kita selalu merasakan bahwa sikap, tindakan, batin yang ada di relung jiwa yang paling dalam selalu berada dalam pengawasan Tuhan Yang Maha Tahu. Larangan makan dan minum di siang hari tanpa harus diawasi oleh siapa pun membuat kita tumbuh sebagai bangsa yang jujur, yang bisa dipercaya dan yang selalu siap berbuat baik.
Menjadi Lebih Maju
Dengan berpuasa bangsa Indonesia akan lebih maju dalam mengembangkan kepribadian yang baik. Sebagaimana terlihat, kepribadian tersebut terbentuk dengan latihan merasakan rasa lapar dan haus yang pada dasarnya kita sedang melatih untuk prihatin, dan yang pada gilirannya akan mengembangkan wawasan sosial, kepedulian sosial dan sikap empati bagi sesama manusia. Puasa juga melatih bangsa ini untuk memiliki wawasan yang tidak sesempit diri dan kelompok. Puasa melihatkan kita bahwa di sekitar kita ada kehidupan yang layaknya mendapat perhatian. Suatu kesadaran yang sangat penting bagi kita sebagai satu bangsa.
Puasa yang juga melandasi kita untuk saling membantu satu sama lain, sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan diwujudkan secara riil di negeri ini. Falsafah hidup Bhinneka Tunggal Ika akan dapat diwujudkan apabila kita mau saling mengenal, saling prihatin, saling mengetahui dan merasakan nasib satu sama lain. Dengan cara ini maka nilai kebangsaan kita akan muncul dengan sendirinya. Namun, terlebih dulu nilai kebangsaan tersebut harus terbentuk bila seseorang ingin memberi lebih banyak dari orang lain, ingin berkorban lebih dari orang lain, ingin memberi lebih banyak dari yang diterimanya.
Baik buruknya sebuah negara dapat dilihat dari hubungan yang terjadi antara sesama anggota masyarakatnya. Bila masyarakat secara umum cenderung untuk sedikit berbuat dan banyak menuntut, banyak menuntut tidak mau memberi, maka negara tersebut cenderung menjadi lemah dan kacau.
Bangsa menjadi lemah karena tidak mempunyai tabungan, tidak mempunyai cadangan bila terjadi krisis. Begitu pun menjadi lemah tatkala elemen bangsa cenderung mementingkan diri sendiri. Maka, dengan berpuasa, bangsa Indonesia dapat membentuk anggota masyarakat yang siap berkorban dan tidak banyak menuntut kepada negara namun selalu berusaha memberi lebih banyak dari yang mereka terima. Bangsa dengan mentalitas seperti ini akan berubah menjadi bangsa yang maju, karena memiliki sumber daya yang luas. Akhirnya, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kaya, dan tidak ada rakyat yang hidup dalam kekurangan.
Demikian pula, bangsa ini akan lemah apabila antar elemen bangsanya saling terkam-menerkam, mencari kesalahan yang lain dan saling menjatuhkan, sehingga roda pembangunan menjadi terhenti. Bangsa yang berpuasa akan menciptakan anggota masyarakat yang selalu berusaha mencari kebaikan dan melihat segi positif anggota masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, di sinilah fungsi dan peran puasa yang bisa mengajarkan kita untuk saling membantu yang lemah. Puasa pun mengajarkan kita untuk bersikap ikhlas tidak terlalu menghitung-hitung kelebihan dan prestasi kita, lebih jauh lagi kita diajarkan lewat nilai-nilai puasa untuk menutupi kelebihan dan prestasi diri. Dengan kualitas kepribadian bangsa seperti ini maka bangsa Indonesia diharapkan mampu menjelma menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera. Amin.
Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Prodi PAI UIN Walisongo Semarang, Pengurus ISNU Kabupaten Demak, Jawa Tengah.