Opini

Mengukur Peluang Doa Neno Warisman

Sab, 23 Februari 2019 | 07:10 WIB

Mengukur Peluang Doa Neno Warisman

Ilustrasi dari Facebook Alit Ambara

 Ahmad Rozali

Puisi doa Neno Warisman dalam acara Malam Munajat Akbar 212 di Monumen Nasional yang ditujukan untuk kemenangan kandidat Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menjadi pembicaraan luas di dunia maya mulai dari media sosial, masuk dalam google trend, hingga merembet ke percakapan platform chatting. Malam itu Neno mengatakan dalam doanya “Jika kami dibiarkan kalah, kami khawatir tidak akan ada lagi yang menyembahMu”.

Namun di luar itu kontes politik yang sedang berlangsung saat ini, benarkah jika Prabowo kalah, tidak akan ada lagi yang menyembah Allah SWT? Saya akan menyajikan analisa atas doa Neno Warisman berdasarkan angka-angka sederhana untuk anda.

Dalam analisa sederhana, ada dua alasan mengapa Neno khawatir Allah tidak akan disembah jika Prabowo kalah. Pertama karena kekecewaan politik atas kekalahan Prabowo dan kedua karena presiden terpilih akan merekayasa program sedemikian rupa sehingga penduduk Indonesia tak lagi menyembah Allah.

Baik, mari kita mulai dari yang pertama. Untuk menganalisanya, saya ingin melakukan mulai dengan dua langkah sederhana; pertama kita tentukan populasi umat Islam di Indonesia terlebih dulu. Kedua, kita asumsikan berapa persen pemilih Prabowo Subianto, (dengan asumsi bahwa komposisi pemilih berdasarkan agama pada kedua kubu adalah sama).

Kita mulai dari sensus 2010, di mana prosentase umat Islam di Indonesia sebesar 87,18 persen dari populasi jumlah penduduk.[1] Data BPS termutakhir menyebut bahwa populasi Indonesia tahun 2017 adalah sebesar 261 juta jiwa. Jika angka kita gunakan sebagai populasi terkini maka umat Islam pada 2017 berjumlah sekitar 228 juta jiwa.

Lalu mari kita bagi populasi umat islam ini dengan prosentase pendukung Prabowo berdasarkan sejumlah lembaga survei independen. Secara acak saya mengumpulkan data elektabilitas Prabowo dari tiga lembaga survei yakni Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia dan LSI Denny JA.

Hasilnya, survei Litbang Kompas pada Oktober 2018 menunjukkan bahwa pemilih Prabowo-Sandi mendapat 32,7 persen (sementara Jokowi-Kia Ma’ruf 52,6 Persen). Lingkaran survei Indonesia pada Oktober 2018 merilis bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi 28,6 persen (sementara Jokowi-Kiai Ma'ruf 57,7 persen). Sementara itu, Survei LSI Denny JA pada Desember 2018 merilis bahwa elektablitas Prabowo-Sandi Uno 30,6 persen (sementara Jokowi-Kiai Ma'ruf 54,2).

Sederhananya, dari ketiganya, angka elektabilitas Prabowo pada akhir tahun lalu sebesar 30 persen dari penduduk Indonesia. Dari situ kita bisa memperkirakan bahwa jumlah pendukung Prabowo sekitar 68 juta dari 228 juta muslim Indonesia. 

Maka, dari analisa pertama jika yang dimaksud Neno dengan ‘tidak ada yang menyembah-Mu’ karena kekecewaan atas kekalahan Prabowo dalam Pilpres mendatang, maka besar kemungkinan yang dimaksud sebagai kelompok kecewa adalah 30 persen muslim Indonesia yang mendukungnya itu. Sementara sisanya tidak.

Lalu analisa yang kedua, jika yang dimaksud Neno, 'tidak disembahnya Allah' karena Pemerintah yang dipimpin selain Prabowo merekayasa kebijakan sedemikian rupa sehingga membuat umat Islam di Indonesia tak menyembah Allah (Nauzubillah), tetap saja akan ada yang menyembah Allah yakni muslim yang berada di luar Indonesia. Jika merujuk pada Adherenst.com, website yang mengumpulkan dan menginformasikan pemeluk agama didirikan tahun 1998, pada tahun 20012 saat penduduk dunia berjumlah 7,1 miliar orang, pemeluk agama Islam sebesar 1.8 miliar atau sebesar 24 persen dari populasi dunia. 

Secara pribadi saya berkeyakinan bahwa: Pertama, pemilih Prabowo tidak akan terganggu keimanannya sampai 'tidak menyembah Allah' hanya karena kandidat Presiden yang diusungnya kalah dalam Pilpres. Kedua, mustahil sekali pemerintah yang dipimpin selain Prabowo akan melakukan rekayasa sedemikian jahat sehingga membuat orang memutuskan tidak menyembah Allah. Ketiga, mayoritas populasi pemeluk Islam di muka bumi yang berjumlah 1.8 miliar tidak terpengaruh dengan Pilpres di Indonesia, sehingga ekstrimnya, apapun yang terjadi di Indonesia, pemeluk Allah akan tetap ada di muka bumi.

Kesimpulan saya, apa yang dikatakan Neno Warisman hanyalah ancaman kosong yang tidak memiliki landasan. Apalagi jika mengingat betapa semangatnya para kiai NU dalam menyebarkan Islam hingga pelosok negeri, masa depan Islam di Indonesia masih sangat cerah. Merujuk pada apa yang sering dikatakan ulama NU, selama NU masih ada Insyallah Islam akan terus lestari di Indonesia. Wallahu A'lam.


Redaktur NU Online

 


[1] Populasi Indonesia 2010  237.641.326, pemeluk islam 207.176.162 (Sensus 2010)