Mengawali Kebangkitan Nasional dengan Memahami Makna Hari Pahlawan (Perjuangan Para Pahlawan)
NU Online · Jumat, 9 November 2007 | 08:48 WIB
Oleh: Munandar Nugraha Saputra
“ …Sekarang gue nggak bisa, ada urusan di Gatsu (Gatot Subroto). Rencananya besok mo taro lamaran di deket-deket daerah Sudirman..” Sepintas terdengar perbincangan seorang sahabat kepada lawan bicaranya melalui ponsel yang digenggamnya.
Gambaran perbincangan diatas, mungkin terdengar biasa-biasa saja. Tidak ada yang salahkan? Ya. Begitulah keseharian yang terjadi dalam kehidupan kita. Sudah menjadi kebijakan di negeri kita bahwa, nama-nama pahlawan yang berjasa bagi negeri ini diabadikan menjadi nama jalan. Mungkin maksudnya baik, yaitu agar kita selalu mengenangnya, karena dekat dengan keseharian kita.
Nama<>-nama jalan yang dimaksud disesuaikan dengan nama dan tanda jasa (title atau image yang melekat pada si empunya nama). Misalnya, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Jend. Gatot Subroto. Jl. Let Jend. S. Parman, Jl. Panglima Polim, Jl. K.H. Wahid Hasyim, dll. Cukup banyak angkutan umum yang melintasi jalan-jalan tersebut. Dan yang menjadi masalah kemudian adalah ternyata, bagi sebagian kondektur angkot, nama-nama jalan tersebut terkesan terlalu panjang jika diucapkan secara keseluruhan. Sehingga mereka cenderung menyingkatnya, dan parahnya lagi para pelajar, mahasiswa, dan pengguna jasa angkutan umum tersebut kemudian menjadi akrab dengan singkatan-singkatan itu. Kemudian disisi lain, ternyata kurikulum pelajaran di sekolah dan di kampus tidak terlalu ditekankan semangat patriotisme dalam hal pengenalan para pahlawan, tentang perjuangan dan pengorbanannya demi negeri ini.
Dan pada akhirnya, kita terjebak dalam kondisi kegamangan, kegamangan tanpa pemahaman. Kita mengetahui, negeri ini merdeka karena perjuangan. Perjuangan para pahlawan yang penuh dengan pengorbanan, harta, keringat, darah, air mata, bahkan nyawa. Kita mengetahui itu semua. Tetapi kita tidak mencoba untuk mengerti, apalagi memahaminya.
Bagi saya, ada tiga tahapan orang untuk mencapai tingkatan intelektual, tingkatan itu adalah tahu, mengerti, dan paham. Untuk dikatakan “tahu”, seseorang dapat menjawab “apa”, lalu untuk dapat dikatakan “mengerti”, maka ia dapat menjawab “siapa, kapan, dimana, kenapa”. Dan selanjutnya untuk dapat dikatakan “paham”, tentunya melengkapi jawaban dengan pertanyaan “bagaimana”.
Kita memang harus kembali mengintrospeksi diri kita masing-masing. Sudahkan kita memahami siapakah kita. Apa itu Indonesia? Sudahkah kita mengenal Otobiografi para pahlawan bangsa ini (siapa mereka, kapan mereka lahir dan berjuang hingga tewasnya, dimana wilayah perjuangannya, dan kenapa harus berjuang?), bagaimana langkah dan strategi perjuangan mereka??? Semoga saja kita termasuk generasi bangsa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Sehingga kita menjadi bagian generasi yang paham, paham tentang perjalanan bangsa ini, sehingga kita menjadi generasi yang juga paham bagaimana mengisi kemerdekaan bangsa ini.
Seperti seruan yang dengan lantang dikatakan oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno. “Jangan pernah lupakan sejarah!!!”. Karena kehidupan yang dapat kita jalani hari ini tentunya adalah karena perjuangan para pahlawan bangsa. Tetapi jangan pula kemudian kita terjebak dalam kegamangan nilai, yaitu menjadi generasi yang mempelajari sejarah, dan paham akan sejarah. Tetapi tidak pernah belajar dari sejarah.
Semoga tulisan ini menjadi refleksi bagi kita semua, hari pahlawan yang kita peringati setiap tahunnya, tidak hanya menjadi seremonial belaka. Seremonial tanpa nilai! Tetapi menjadikan refleksi ini sebagai evaluasi kritis, memahami permasalahan bangsa, dan berusaha menjadi solusi, bukan malah menjadi bagian dari permasalahan tersebut. Setidaknya, jikapun tak ada daya upaya untuk menjadi solusi, kita berusaha untuk tidak menjadi bagian dari permasalahan bangsa ini.
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua