Obituari

Kiai Mahfudz Abd Halim Shiddiq, Sosok Kiai Sederhana Itu Tutup Usia

Kam, 28 Januari 2021 | 16:50 WIB

Kiai Mahfudz Abd Halim Shiddiq, Sosok Kiai Sederhana Itu Tutup Usia

KH Muhammad Mahfudz Abd Halim Shiddiq berpulang ke pangkuan Allah. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Awan duka menyelimuti Jember, Jawa Timur. Salah seorang putra terbaiknya, KH Muhammad Mahfudz Abd Halim Shiddiq berpulang ke pangkuan Allah, Rabu (27/1) malam. Cuaca mendung disertai hujan rintik dalam beberapa hari terakhir ini, seolah kian menegaskan akan adanya peristiwa duka yang akan menyelubungi Jember. Ya, Kiai Mahfudz, sapaan akrabnya, telah pergi untuk selamanya di usia 72 tahun.


Menurut salah seorang familinya, HM Madini Farouq, dalam beberapa tahun terakhir kesehatan Kiai Mahfudz memang menurun.  Hal itu diawali oleh penyumbatan pembuluh darahnya sekitar 5 tahun lalu. Saat itu, katanya, Kiai Mahfudz mengisi pengajian di masjid Jamik Al-Baitul Amin Jember. Peserta pengajian adalah MZA Djalal (Bupati Jember waktu itu) dan para kepala dinas. Namun ketika fokus memberikan tausiyah, tiba-tiba ia terdiam, tidak bergerak.


“Lalu dibawa ke rumah sakit, dan ternyata Kiai Mahfudz dinyatakan pembuluh darahnya tersumbat, hingga akhirnya harus dioperasi,” terangnya kepada NU Online di Jember, Kamis (28/1) siang.


Sejak saat itu, kondisi kesehatan Kiai Mahfudz menurun. Setelah dioperasi, memorinya sempat terganggu. Ia bahkan harus mengingat agak lama untuk bisa membaca surat al-Fatihah. Kendati demikian, ia tetap giat mengisi pengajian, menghadiri undangan dan sebagainya.


“Jadi Kiai Mahfudz tetap giat berdakwah melalui pengajian dan sebagainya,” tuturnya.


Kiai Mahfudz lahir di Blitar dari pasangan KH Abdul Halim Shiddiq dan Najmul Laily saat kalender menunjuk angka 5 Juni 1949. KH Abdul Halim Shiddiq adalah kakak KH Ahmad Shiddiq, sang tokoh fenomenal. Di kota tersebut, Mahfudz kecil tinggal cuma sebentar karena harus boyongan ke Jember.


Usai menamatkan SMAN Jember, Mahfudz muda mondok di Pesantren Assunniyah Kencong yang diasuh oleh KH Jauhari. Setelah dirasa cukup, akhirnya Mahfudz muda pulang kampung  guna membantu ayahnya mengelola pesantren Ashri di Talangsari, Jember.


Kiai Mahfudz adalah sosok yang sederhana. Ia bahkan menghindar dari keriuhan politik. Walaupun untuk masuk dunia politik, kesempatan terbuka lebar baginya. Namun ia memilih uzlah (pisah) dari politik. Tokoh yang satu ini memang steril dari virus politik. Kiai Mahfudz  lebih suka mengabdi sebagai pelayan masyarakat  dalam rangka pembinaan moral melalui pengajian, mengajar santri dan sebagainya.


Selamat jalan, kiai. Semoga telaga ampunan-Nya membentang di hadapanmu.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin