Nasional

Pernyataan Sikap Keluarga Pesantren Tebuireng soal Kamus Sejarah Kemendikbud

Rab, 21 April 2021 | 08:45 WIB

Pernyataan Sikap Keluarga Pesantren Tebuireng soal Kamus Sejarah Kemendikbud

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. (Foto: Radar Jombang)

Jakarta, NU Online

Keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur mengeluarkan pernyataan sikap terkait beredarnya Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. 


Kemendikbud dinilai tengah melakukan pembingkaian (framing) sejarah secara terstruktur dan sistematis karena telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama (NU) dan para tokoh utama NU, terutama Hadlratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Karenanya, naskah tersebut tidak layak untuk dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia.


Pesantren Tebuireng juga mencermati lebih dalam isi dari kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia itu dan didapati tidak sesuai dengan kenyataan sejarah. Sebab isinya cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain. Lebih dari itu, banyak pula kelemahan substansial dan redaksional dari konten yang ada di dalamnya. 


“Banyak kelemahan substansial dan redaksional yang harus dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia,” demikian bunyi pernyataan sikap Pesantren Tebuireng dilansir laman Tebuireng Online, pada Rabu (21/4).


Ditekankan bahwa sejarah sebuah bangsa sangat penting untuk membangun peradaban di masa mendatang. Sebab tidak ada satu bangsa yang menjadi besar tanpa memahami dan mempelajari sejarah para leluhur. Karena itu, Pesantren Tebuireng menegaskan bahwa penulisan sejarah yang jujur merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa.


“Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kemendikbud untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut. Semoga menjadi koreksi dan refleksi bagi kita semua,” begitu akhir dari pernyataan sikap Pesantren Tebuireng. 


Sebelumnya telah terungkap, Kamus Sejarah Indonesia Jilid I Nation Formation (1900-1950) dan Kamus Sejarah Indonesia Jilid II Nation Building (1951-1998) yang menuai polemik itu dijual secara bebas di sejumlah lokapasar (marketplace). Satu paket buku tersebut dibandrol dengan harga rata-rata Rp100 ribu.


NU Online melakukan penelusuran penjualan buku tersebut di berbagai lokapasar pada Rabu (21/4). Setidaknya, ditemukan empat toko daring di Bukalapak yang menjual buku tersebut dalam satu paket. Masing-masing menawarkan dengan harga yang sama, Rp100 ribu.


Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid sempat membantah penerbitan buku tersebut dalam siaran pers tertulisnya pada Senin (19/4). Ia mengklaim buku kamus itu tidak pernah diterbitkan secara resmi.


Namun akhirnya, Hilmar Farid mengakui pihaknya telah melakukan kekeliruan dengan menghapus tokoh pendiri NU Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Kemendikbud dan berusaha akan menariknya dari peredaran, termasuk di perpustakaan-perpustakaan.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad