Nasional

Pengasuh Pesantren Tebuireng Ajak Santri Siapkan Diri Menuju Indonesia Jaya 2045

Rab, 18 Agustus 2021 | 16:00 WIB

Pengasuh Pesantren Tebuireng Ajak Santri Siapkan Diri Menuju Indonesia Jaya 2045

Gus Kikin (kiri) rayakan HUT ke-76 RI dan hari lahirnya yang ke-63 bersama asatidz dan santri Tebu Ireng. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz berharap santri yang ada di Indonesia bisa menyiapkan diri menuju Indonesia tegak, Indonesia Jaya 2045.

 

"Saya harapkan 17 tahun lagi, kalian (santri) sudah terkumpul menjadi alumni dalam jumlah besar. Dan membentuk suatu kekuatan besar menuju Indonesia jaya," kata KH Abdul Hakim Mahfudz saat mengisi acara perayaan HUT ke-76 RI yang digelar di Masjid Tebuireng, Jombang, Selasa (17/8).

 

Tokoh agama yang akrab disapa Gus Kikin ini menjelaskan, peran umat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia cukup signifikan. Karena jumlahnya terbesar, maka umat Islam yang gugur dalam perjuangan melawan penjajah juga terhitung banyak.

 

"Menurut catatan Jepang tahun 1942, jumlah ulama yang tersebar di Pulau Jawa ada sekitar 25 ribu dan merupakan alumni Tebuireng. Itulah bentuk kaderisasi KH Hasyim Asy'ari yang memudahkan penggerakan massa saat Resolusi Jihad melawan penjajah," tegas Gus Kikin.

 

Ia menjelaskan, semangat melawan penjajah yang digelorakan Kiai Hasyim Asy’ari dan para santri ini layak ditiru oleh generasi muda umat Islam, tujuannya adalah untuk mewujudkan cita-cita Indonesia jaya di tahun 2045. Walau medan perjuangan berbeda, tapi semangatnya tetap sama.

 

Perjuangan di tahun 2021, kata Gus Kikin, adalah berjuang mengisi kemerdekaan dengan berkarya dan mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional, misalnya dengan menciptakan sesuatu yang memudahkan hidup manusia, sehingga bangsa Indonesia tidak bergantung pada asing.

 

Ditambahkan Gus Kikin, perjuangan selanjutnya adalah persatuan umat Islam, ikhtiar untuk mempersatukan umat Islam ini pernah dilakukan Kiai Hasyim Asy’ari sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1937,  Kiai Hasyim terlibat dalam pendirian Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) yang di dalamnya terdapat beberapa ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Syarikat Islam dan sebagainya.

 

"Kekuatan inilah yang ditakuti oleh Belanda dan Jepang. Mereka memandang pengaruh ulama di Indonesia sangat kuat, terutama Pesantren Tebuireng," tandas tokoh agama yang tepat berusia 63 tahun ini.

 

Kegiatan ini mengusung tema "Santri Sebagai Penerus Perjuangan KH. M. Hasyim Asy'ari, Islam Tegak, Indonesia Jaya". Menurut Gus Kikin, santri punya peran sebagai penerus perjuangan KH. M. Hasyim Asy'ari untuk “Islam Tegak dan Indonesia Jaya” sebab sejak awal peran santri dalam perjuangan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan.

 

"Kenapa Islam Tegak, Indonesia Jaya? 76 tahun yang lalu, jumlah muslim di Indonesia sudah 95% dari total penduduk. Jadi pergerakan umat Islam sangat menentukan arah perjuangan Indonesia," imbuhnya.

 

Islam di Indonesia

Dikatakan Gus Kikin, Islam sudah lama masuk ke Indonesia bahkan dipercaya sejak zaman Rasulullah. Buktinya ketika Presiden Joko Widodo meresmikan titik nol di Tapanuli, ada sebuah jejak sejarah berupa makam. Di nisan makam tersebut bertuliskan Syaikh Mahmud, yang merupakan salah satu utusan Rasulullah.

 

Maka, kata dia, ada dugaan kuat bahwa Islam masuk ke Indonesia terjadi sejak zaman Rasulullah hingga kemudian Islam Ahlusunnah wal Jama'ah (Aswaja) menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia.

 

Gus Kikin mengutip risalahnya Hadratussyaikh M Hasyim Asy'ari yang menjelaskan bahwa perkembangan Islam di Indonesia cukup pesat, namun sejak tahun 1330 H atau 1900 M mulai muncul paham-paham Islam yang bukan Aswaja.

 

"Karena KH Hasyim Asy'ari khawatir nantinya umat Islam terpecah-pecah. Akhirnya, munculah Nahdlatul Ulama sebagai wadah berkumpul dan perjuangan umat Islam," pungkasnya.

 

Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Aiz Luthfi

Â