Nasional

Menag Yaqut Ungkap Peran Gus Mus di Balik Doa Kemerdekaan

Rab, 18 Agustus 2021 | 07:01 WIB

Menag Yaqut Ungkap Peran Gus Mus di Balik Doa Kemerdekaan

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ketika membaca doa dalam upacara HUT ke-76 RI di Istana Negara Jakarta, Selasa (17/8). (Foto: FB Yaqut Cholil Qoumas)

Jakarta, NU Online

Banyak kalangan yang menilai bahwa doa yang dilantunkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas begitu menyentuh dan indah. Tentang doa yang menggetarkan hati tersebut, Menag Yaqut mengungkapkan kisah di balik tersusunnya doa itu, termasuk peran KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, sang paman.


“Upacara Peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan RI, adalah Upacara Kenegaraan pertama yang saya terlibat langsung di dalamnya. Sebagai Menteri Agama, tentu saya kebagian membaca doa. (Tidak mungkin jadi komandan upacara kan?” ujar Menag Yaqut berkelakar lewat facebooknya kemarin.


Ia mengisahkan, awalnya naskah doa disiapkan tim kementerian. Berkali-kali ia baca, tapi terasa masih kurang kena, karena terlalu “mainstream”. Meskipun secara isi dan substansi sudah mewakili situasi kita semua saat ini.


Saya merasa harus ada doa istimewa di tengah situasi bangsa dan dunia yang benar-benar bisa bersama-sama diaminkan seluruh warga tanpa sekat, sehingga pintu langit terketuk.


“Bayangan saya melayang ke paman saya, Gus Mus. Selain kekiaiannya, saya tahu beliau menulis doa-doa, termasuk doa syukur kemerdekaan, dalam bahasa puisi yang sangat dalam maknanya. Di kanal seperti youtube, kita bisa saksikan video-video beliau,” ungkap Menag Yaqut.


Tapi menyampaikan bayangan ini ke beliau, kata Menag, bukan pekerjaan yang mudah. Beberapa kali dirinya maju mundur, sampai akhirnya memberanikan diri menyampaikan kepada Gus Mus agar doa syukur kemerdekaan berkenan untuk dia baca.


“Kenapa maju mundur? Rahasia,” ucap Menag kembali berkelakar.


Singkatnya, Alhamdulillah, beliau berkenan doa tersebut dibacakan Menag Yaqut. “Bahkan saya dikirimi naskah doa melalui putri Gus Mus, Almas Mustofa versi yang sudah direvisi,” ujarnya.


Ketika gladi bersih, doa dianggap kepanjangan sehingga harus dipotong agar sesuai dengan durasi yang disediakan. 


“Mumet? Pasti. Gak ngerti lagi saya harus matur seperti apa ke Gus Mus. Beberapa saat berdiskusi dengan para stafsus, sempat terpikir untuk kembali ke naskah awal yang sudah disiapkan sebelumnya oleh tim kemenag tadi.


“Karena memotong naskah yang sudah disiapkan sendiri oleh Gus Mus itu, adalah kekurangajaran luar biasa bagi saya —dan tim tentu saja. Namun, membatalkan doa yang sudah disiapkan Gus Mus, itu setali tiga uang,” kata dia.


Walhasil, setelah umak umik, Menag Yaqut memberanikan diri untuk matur kepada beliau soal problem teknis ini. “Alhamdulillah…sekali lagi beliau berkenan merevisi kembali, dan jadilah doa yang tadi saya bacakan,” ungkapnya.


Sungguh, doa ini memiliki “daya magis” yang luar biasa. Doanya. bukan yang membaca. “Semoga Gusti Allah selalu ridlo atas ikhtiar pemerintah dan rakyatnya yang sedang berjuang melawan pandemi ini. Semoga. Matur nuwun, Lik Mus,” tandas Gus Mus.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan