Nasional

Pendidikan Jadi Tulang Punggung Pencegahan Terorisme

Kam, 1 April 2021 | 11:00 WIB

Pendidikan Jadi Tulang Punggung Pencegahan Terorisme

Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute H Imdadun Rahmat. (Foto: (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Di antara penyebab terorisme masih terjadi di Indonesia adalah karena pendidikan di Indonesia belum dapat mencegahnya. Pendidikan menjadi tulang punggung dalam melakukan pencegahan terhadap berkembangnya pemahaman ekstrem ini. Jika pendidikan dimaksimalkan fungsinya maka tidak ada lagi aksi-aksi serupa di masa mendatang.


“Saya setuju edukasi menjadi salah satu tulang punggung yang penting untuk aspek pencegahan. Karena memang tindakan kekerasan akarnya adalah ideologi, pandangan, pemikiran,” kata Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute H Imdadun Rahmat kepada NU Online pada Rabu (31/3).


Peran pendidikan dalam hal ini sangat penting dan tidak saja mencakup institusi formal, melainkan lembaga-lembaga pendidikan secara menyeluruh, termasuk majelis keagamaan.

 

“Pembinaan lembaga-lembaga yang memproduksi pengetahuan dan aktivitas keagamaan menjadi sangat strategis karena dua bidang itulah yang sangat mempengaruhi pembentukan ideologi masyarakat,” jelas Imdad.


Oleh karenanya, ia melihat bahwa Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki leading sector (peran penting) untuk pilar pencegahan. Pertama, pentingnya perhatian terhadap kurikulum karena mengingat apa yang diajarkan di kelas-kelas sangat menentukan bagaimana pemahaman seseorang dibentuk.


“Maka, buku-buku ajar juga pandangan dan wawasan para guru dan dosen itu sangat kritikal, sangat penting untuk menjadi sasaran intervensi program ini,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.


Begitupun guru dan dosen, menurutnya, perlu diberikan perspektif dan pemahaman yang benar agar mereka bisa membentuk pandangan yang moderat, lebih sehat, dan bisa mengantisipasi pengaruh dari luar dunia pendidikan yang mengarah pada ekstremisme, apalagi yang mengarah pada kecenderungan kekerasan.


Selain itu, penting juga memperhatikan kegiatan pembinaan di luar kelas seperti ekstrakurikuler. “Kurikulum dan beyond kurikulum harus menjadi perhatian penting,” ujar Ketua Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) 2016-2017 itu.


Imdad juga menjelaskan bahwa pendidikan kepada masyarakat di antaranya terbentuk dari majelis khutbah yang menjadi sarana penyebarluasan pemahaman keagamaan moderat. Pembinaan cara berpikir ideologi ini penting dalam mengantisipasi terorisme kekerasan yang sekarang ini dihadapi.


“Betul (jika) penegakan hukum terorisme itu bagian penting dari penanganan  terorisme. Tetapi, sejauh akarnya masih hidup di masyarakat, jaringan masih akan muncul kelompok baru menggantikan mereka,” ucapnya.


Akarnya, kata Imdad, ada pada isi pikiran dan keyakinan seseorang. Jadi, lanjutnya, pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan ini memang harus dialamatkan lebih dahulu soal isi pikirannya dan pemahamannya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin