Nasional

Kiai Ishom Jabarkan Konsep Aswaja An-Nahdliyah

Sel, 6 Agustus 2019 | 10:00 WIB

Kiai Ishom Jabarkan Konsep Aswaja An-Nahdliyah

Kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Lakpesdam PBNU di LBSM, Parung Hijau, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/8) kemarin.  

Bogor, NU Online
Persoalan keagamaan yang diusung sejumlah kelompok islam di Indonesia kerap menimbulkan narasi buruk di masyarakat karena mengandung  provokasi dan upaya memojokan kelompok islam tetentu. Saat dilakukan dialog panjang mengenai keagamaan itu mereka kerap menyebut sebagai bagian dari kelompok Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). 

Anehnya ajaran yang disampaikan di masyarakat jauh berbeda dengan rumusan yang tertuang pada ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamah yang ada pada kitab-kitab rujukan umat Islam. 

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Ishomudin, mengatakan Aswaja adalah kelompok yang mengikuti rasulullah dan mengikuti sahabatnya. Menurutnya, berdasarkan pernyataan banyak ulama ciri-ciri pengikut Aswaja itu tidak mudah mengkafirkan orang lain, merasa paling benar sendiri dan menyesatkan masyarakat. 

“Aswaja itu bagaimana umat islam itu mengikuti rasulullah saw  dan mengikuti sahabatnya nah klaim semacam ini banyak dilakukan oleh orang-orang diluar NU, yang menurut para ulama NU ciri-ciri Aswaja ini sesungguhnya tidak ada pada mereka, misalnya senang sekali mengkafirkan orang lain menyesatkan orang lain, mengklaim bahwa kebenaran itu melekat pada diri mereka sendiri sehingga siapapun terutama orang islam diluar kelompok mereka adalah bukan Aswaja,” tutur Kiai Ishom saat diminta tanggapan terkait dinamika keagamaan di Indonesia, usai menjadi narasumber pada Kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Lakpesdam PBNU di LBSM, Parung Hijau, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/8) kemarin.  

Parahnya dalam kitab yang dibuat oleh kelompok salafi dan wahabi yakni kitab Idham Sadatun Mudakin karya Imam Murtado Azabidi dinyatakan Asya’iroh dan Al-Maturidi adalah orang-orang kafir menurut Aswaja. Artinya aswaja hanya mereka sendiri selain mereka bukan aswaja termasuk imam Asy’ari . 

“Idza utliko ahlusunnah waljamaah fal murodu bi him al-asyairoh al-maturidiyah, apabila secara umum Ahlusunah disebut maka yang dimaksud adalah pengikut Imam Al-As’ari dan Al-Maturidi dibidang akidah,” ujarnya.  

Untuk itu mengapa NU menempelkan An-Nahdliyah di belakangnya, sebab NU memiliki khashais atau ciri-ciri yang secara khusus tidak dimiliki organisasi lain utamanya bagi kelompok yang mengaku sebagai kelompok aswaja. 

Kata An-Nahdliyah adalah pembeda yang melekat pada Aswaja di kalangan orang NU. Sebagai organisasi sosial keagamaaan yang kaya tradisi keagamaan yang tidak dilakukan kelompok Islam lain. 

“Dakwah yang demikian menggambarkan islam yang rahmatan lil 'alamin, nah itu saya kira kenapa perlu penambahan An-Nahdliyah khusus bagi kalangan warga NU di Indonesia,” tuturnya. (Abdul Rahman Ahdori/Fathoni)