Warisan Sejak Islam Masuk, Perdamaian Jadi Arus Besar Bangsa Indonesia
NU Online · Selasa, 6 Agustus 2019 | 01:50 WIB

Kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Lakpesdam PBNU di LBSM, Parung Hijau, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/8).
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Pernyataan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Rumadi Ahmad tersebut disampaikan saat menjadi pemateri Demokrasi, Ham dan Nasionlisme pada Kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Lakpesdam PBNU di LBSM, Parung, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/8) sore.
Menurutnya, sangat tidak bersyukur jika ada anak bangsa yang masih merongrong Pancasila sebagai dasar negara hanya karena merasa ada yang salah di negeri ini berdasarkan pemahaman agama yang dimilikinya, padahal beberapa tahun yang lalu masalah itu juga telah terbantahkan.
Apalagi, sambungnya, sampai ada kelompok yang akan mengganti sistem demokrasi dengan Khilafah, tentu peristiwa tersebut telah menunjukan ketidaksadaran sanubari anak bangsa termasuk tidak mengetahui sejarah panjang bangsa Indonesia.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menegaskan dinamika itu sudah selesai saat para pendiri bangsa akan merumuskan sistem apa yang akan digunakan Indonesia 74 tahun yang lalu. Menurutnya, muslim Indonesia seharusnya bersyukur karena Islamisasi di Indonesia melalui proses yang damai bukan karena peperangan seperti di negara-negara luar.
“Kita menjadi muslim dibentuk dari sejarah panjang yang akhirnya menjadi modal sosial kita, pertama, kita diwarisi tradisi islam yang disebarkan melalui konsep yang damai. Proses islamisai yang dilakukan dengan damai, kita ini sangat beruntung, karena tidak diwarisi sejarah kebencian yang diakibatkan peperangan antar agama,” kata Rumadi.
Ia menjelaskan, Islam dibawa ke Indonesia oleh para sufi bukan oleh tentara atau laskar sehingga sangat mempengaruhi corak pemikiran dan karakter bangsa Indonesia. Sebelum merdeka, perselisihan terjadi tapi tidak pernah menjadi arus besar hanya percikan kecil yang mudah diselesaikan.
“Islam di indonesia tidak akan menemukan peperangan dalam agama, ada sih konfilik kecil tapi bukan arus besar, konflik pun belakangan terjadinya,” ujarnya.
Ia menegaskan arus besar bangsa Indonesia adalah perdamaian bukan perpecahan atau peperangan. Di Indonesia, politik tidak begitu berpengaruh terhadap agama, meski politik memanas agama tetap utuh dengan berbagai ajarannya. Sementara di negeri lain seperti Spanyol politik telah berpengaruh besar terhadap masalah agama karena karea politiknya hancur agamanya juga ikut hancur.
“Tapi kita engga, mau kekuasaan politk berganti segala macam kita tidak terpengaruh, NU tida terpengaruh, siapa yang berkuasa, mau Presiden NU maupun bukan kita tetap senang,” katanya. (Abdul Rahman Ahdori/Fathoni)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua