Nasional HARI SANTRI 2019

Keripik, Sirup, dan Kopi Santri Kudus Menjelajah Negeri

Rab, 16 Oktober 2019 | 05:00 WIB

Keripik, Sirup, dan Kopi Santri Kudus Menjelajah Negeri

Salah satu produk santri Kudus, Jateng di Kudus Expo 2019 (Foto: NU Online/M Farid)

Kudus, NU Online
Pemberdaayaan ekonomi menjadi salah satu fokus Nahdlatul Ulama (NU) saat ini. Nahdliyin diserukan untuk mulai menggarap segala potensi untuk bisa dikelola dan bernilai ekonomi untuk menyongsong satu abad NU.
 
Terkait hal itu, NU Online berkesempatan melakukan bincang ringan dengan dua santri yang kader muda Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, Jawa Timur yang berhasil mengolah produk lokal sehingga memiliki nilai jual. Kebetulan mereka bertemu dalam sebuah pameran produk yang diadakan oleh Pemkab Kudus di Alun-alun Kudus, Jumat-Selasa (11-16/10). 
 
Dua pemuda itu yakni kader Ansor Ranting Colo Dawe Kudus Triyan R Soetardjo dan kader Ansor Ranting Japan Dawe Kudus Aris Wibowo. Triyan adalah pemilik CV Seleksi Alam Bumi Nusantara. 
 
Dalam mengelola usaha makanan ringan, dirinya mengolah tanaman endemik Gunung Muria seperti parijoto dan pakis menjadi produk minuman berupa sirup dan makanan ringan berupa keripik yang kini sudah dipasarkan hingga kancah nasional. 
 
Awal Oktober lalu ia juga berkesempatan diundang dalam acara Pameran Startup Teknologi dan Inovasi Industri Anak Negeri 2019 Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) RI di Jakarta Convention Center.
 
Menurut Tryan, pemuda NU sudah saatnya untuk mendobrak pakem. Artinya, mengubah mindset untuk lebih berani bertindak daripada sekadar wacana. Sebagian orang NU kata dia, bisa dikatakan ahli dalam menyusun rencana, tetapi dalam hal aksi terkadang mereka terkendala mentalnya sendiri.
 
“Ketakutan-ketakutan ini yang harus pertama dilawan. Kalau dengan diri sendiri saja ragu-ragu bagaimana akan meyakinkan orang lain?,” kata Tryan di area Ekspo Kudus 2019.
 
Ia menambahkan, banyak hal di sekitar kita yang bisa diolah sebagai potensi ekonomi. Terkait dengan pemasaran, saat ini juga akses sudah tersedia, baik yang online maupun offline. Begitu juga dengan jaringan usaha (networking) yang kian terbuka, hanya tinggal keberanian kita untuk memulai.
 
“Jika ada kesulitan berupa penolakan atau diabaikan oleh publik di awal-awal itu sebuah hal wajar, Sirup Parijoto dulu juga begitu, tetapi ketika terus ditekuni masyarakat yang akan memintanya sendiri,” jelasnya. 
 
Sementara itu, Aris Wibowo lebih menekankan tips kewirausahaannya kepada memperkuat relasi. Aris sendiri adalah pemilik Kopiloso. Selain itu, ia juga menginisiasi produk olahan kopi Sorban Raja yang kini jadi ikon ekonomi Pimpinan Ranting (PR) Ansor Japan. 
 
Nama “Sorban Raja” sendiri merupakan akronim dari Ansor Banser Ranting Japan. Produknya itu kini juga sudah mulai merambah ke interlokal. Hal itu tampak dari tingginya permintaan yang ia layani baik secara offline maupun online.
 
“Kalau saya pribadi berbisnis itu soal relasinya. Misalnya, kita bisa bersinergi dengan Pemda jadi ketika ada ekspo bisa jadi ruang pemasaran produk kita, dan masih banyak lagi keuntungan sinergi itu,” kata Aris.
 
Saat ini kata Aris, berbicara soal NU ya memang harus mandiri. Tetapi jangan sampai lupa kalau kemandirian itu juga perlu sinergi agar semakin kuat. 
 
Menurutnya, mandiri bukan soal bagaimana seseorang itu melakukan segala sesuatu sendirian. Mandiri bisa lebih bermakna ketika ada sinergi dari berbagai pihak untuk membangun satu kekuatan yang bisa menganyomi semuanya. 
 
“Dengan begitu orang NU seharusnya bisa menjalankan tiga prinsip utama yakni kuat ekonomi, khidmah kiai, dan khidmah organisasi,” sebutnya. 
 
Kontributor: M Farid
Editor: Abdul Muiz