Nasional

PBNU Ajak Nahdliyin Jateng Manfaatkan UU Pesantren

Sel, 15 Oktober 2019 | 17:30 WIB

PBNU Ajak Nahdliyin Jateng Manfaatkan UU Pesantren

Suasana Lailatul Ijtima' dan Refleksi Hari Santri 2019 di halaman PWNU Jateng, Senin (14/10) malam. (Foto: NU Online/F Umam)

Semarang, NU Online 
Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud mengajak warga Nahdliyin (sebutan warga NU) Jawa Tengah memanfaatkan Undang Undang Pesantren dengan sebaik-baiknya untuk pengembangan pesantren yang lebih baik.
 
Menurut H Marsudi, UU Pesantren hadir bukan untuk melemahkan. Akan tetapi, kehadiran UU tersebut untuk memperkuat peranan pesantren dalam mendidik santri dan tempat mengaji. 
 
Pernyataan tersebut dikatakannya saat memberi sambutan dalam Lailatul Ijtima’ dan Refleksi Hari Santri 2019 yang digelar di halaman kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah (PWNU Jateng), di Semarang, Senin (14/10).
 
“Sekarang ini sudah ada UU Pesantren. Tinggal kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk pengembangan pesantren yang lebih baik. Untuk kepentingan bangsa dan negara, kita harus kompak dan solid,” kata Marsudi.
 
Menurut dia, kekompakan dan kesolidan NU sudah dari dulu. Terbukti adanya selametan, seperti acara mapati (selametan bayi empat bulan dalam kandungan), mitoni (selametan bayi tujuh bulan dalam kandungan), aqiqoh, sampai acara Tahlilan.
 
“Tahlil mulai 7 hari, 40 hari, 100 hari, hingga setahun dua tahun, bahkan sampai 1000 hari meninggalnya seseorang dengan mengumpulkan warga, sehingga menjalin kerukunan antar warga dan masyarakat. Ini bukti kekompakan tersebut,” tandasnya.
 
Soal peran kiai dan santri, H Marsudi menjelaskan, besar sekali bagi bangsa ini. Sebagai salah satu pendiri bangsa, para kiai banyak mewarisankan sesuatu yang berharga. Misalnya, istilah Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat berasal dari bahasa Arab.
 
“Ini merupakan warisan ilmu yang mumpuni untuk demokrasi dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Semua itu merupakan peran santri dan kiai. Kiai tidak ada kalau tidak ada santri. Begitu juga santri tiada kalau gak ada kiai,” tegasnya. 
 
Marsudi menambahkan, kiai dan santri memiliki pesantren. Hadirnya pesantren merupakan pusat pendidikan bagi para kiai untuk mengajar kitab kuning kepada para santri.
 
Jaga Kondusivitas
Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh dalam taushiyah-nya berpesan kepada warga Nahdliyin agar turut serta menjaga suasana kondusif pasca Pemilu 2019. Khususnya menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
 
“Semoga menjadi barokah bagi bangsa dan Nahdlatul Ulama. Soal jumlah menteri, tanya langsung kepada KH Marsudi Syuhud yang ketua PBNU,” kata Kiai Ubaid. 
 
Sebelumnya, Kiai Ubaid memimpin doa usai istighotsah. Hadir dalam acara tersebut sejumlah ketua banom dan lembaga di lingkungan PWNU Jateng, mulai PW IPNU, PW IPPNU, PW GP Ansor, PW Fatayat, hingga PW Muslimat NU. 
 
Acara didahului penampilan grup hadrah Jidor. Grup musik rebana asal Blora ini membacakan sholawat Nabi dengan langgam klasik. Penampilan personil hardah yang didominasi orang tua paruh baya ini mampu menyita perhatian para tamu yang memenuhi halaman kantor PWNU Jateng.
 
Kontributor: Fikrul Umam
Editor: Musthofa Asrori