Nasional

Generasi Muda Didorong Terus Suarakan Krisis Iklim yang Makin Mengkhawatirkan

Jum, 17 November 2023 | 07:30 WIB

Generasi Muda Didorong Terus Suarakan Krisis Iklim yang Makin Mengkhawatirkan

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Peneliti Program Hutan dan Iklim Yayasan Madani Berkelanjutan, Intan Lestari mengajak generasi muda terus menyuarakan krisis iklim yang kian mengkhawatirkan dan tengah menjadi ancaman global.


Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam dari cuaca ekstrem, maraknya bencana yang menimpa siapa pun utamanya kelompok rentan seperti masyarakat adat, masyarakat pesisir, dan pulau pulau kecil serta kelompok difabel.


"Anak muda harus peduli dan bersuara karena ini menyangkut masa depan dan keselamatan kita semua. Anak-anak muda juga harus menuntut hak untuk hidup layak, adil dan selamat kepada pemimpin negara," ujar Intan dalam acara kampanye kreatif #SatuKomaLima bertajuk Agar Kita Tetap Ada 12 di Gedung Makara Art Center, Universitas Indonesia.


Temuan Manusia dan Alam untuk Indonesia (MADANI) Berkelanjutan atau lembaga nirlaba yang bergerak menanggulangi krisis iklim pada 1 Juli - 10 Agustus 2023 dengan jumlah responden 1.040 orang menunjukkan lebih dari 96 persen anak muda antusias untuk memilih di pemilu 2024 dan isu lingkungan menjadi salah satu isu yang digandrungi oleh pemilih muda. 


Peneliti Knowledge Management Yayasan Madani Berkelanjutan Delly Ferdian menyebut dari survei yang dilakukan Sobat Madani,  koresponden setuju jika peserta pemilu baik politisi maupun partai politik harus menyuarakan isu lingkungan. 


"Temuan yang menarik menurut anak muda bahwa pemerintah harus memprioritaskan isu lingkungan ini (19.81 persen) dibandingkan isu penyediaan lapangan kerja (17.98 persen), pertumbuhan ekonomi (15.77 persen) dan isu pemberantasan korupsi (15.58 persen)," terang Delly.


Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Nadia Hadad menambahkan, saat ini kandidat calon presiden dan calon wakil presiden sudah menjabarkan visi dan misi masing-masing. Ketiga pasangan memiliki perhatian terhadap lingkungan namun belum serius dan konsisten. 


Misalnya, dalam memecahkan persoalan iklim masih mengandalkan bahan bakar fosil dan belum menyinggung hal-hal penting seperti pensiun dini PLTU batubara serta masih melanjutkan program Food Estate yang problematik.


"Di momentum politik 2024, sudah saatnya para calon pemimpin harus mengakomodir dan serius dalam dalam menangani krisis iklim dengan menjunjung prinsip keadilan iklim serta memenuhi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif untuk menjaga agar kita tetap ada," tandasnya.