Jateng

Solidaritas Seni di Desa Apung Timbulsloko Demak

NU Online  ·  Kamis, 4 September 2025 | 09:00 WIB

Solidaritas Seni di Desa Apung Timbulsloko Demak

Acara Lentera Cerita di desa apung Timbulsloko Demak.

Demak, NU Online Jateng

Dalam kurun dua dekade, wajah Timbulsloko berubah drastis. Sawah dan ladang produktif lenyap, rumah-rumah penduduk tergenang, jalan darat putus, hingga perahu menjadi satu-satunya akses. Nasib serupa juga menimpa sedikitnya sepuluh desa lain di Kecamatan Sayung.


Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah kini dikenal sebagai "desa apung" karena ditelan banjir rob, menjadi saksi kepedulian lintas komunitas melalui bahasa seni. 


Meskipun demikian, sejumlah masyarakat di desa tersebut memilih bertahan di tengah kepungan air. Menumbuhkan solidaritas dan semangat persaudaraan, digelar kegiatan kesenian bertajuk “Lentera Cerita: Merekam Jejak Budaya dan Kepedulian Sosial Suara Warga di Desa Tenggelam Timbulsloko" di halaman Masjid Al Ikhlas.


Acara ini digagas oleh komunitas Santri Bajingan bersama Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah Muhammadiyah (LazisMU) Jawa Tengah, Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng, Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Demak, Pesantren Sastra, dan Suluh Ar-Rosyid. Para seniman, budayawan, hingga pegiat sosial bersatu menghadirkan pertunjukan seni yang sarat pesan kemanusiaan.


Ketua penyelenggara Beno Siang Pamungkas menegaskan bahwa kegiatan tersebut lahir dari kepedulian mendalam terhadap warga pesisir yang bertahan hidup di tengah genangan.


“Semoga aksi kecil ini mampu mengangkat semangat saudara-saudara kita. Mereka yang memilih bertahan di tanah kelahiran telah memberi teladan kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan. Seni adalah jembatan yang bisa menyuarakan harapan mereka,” jelasnya pada Ahad (31/8/2025) sore.


Tokoh masyarakat Timbulsloko, Shobirin, mengaku tersentuh dengan hadirnya Lentera Cerita. “Sejak desa kami ditenggelamkan rob, hampir tak ada hiburan. Baru kali ini anak-anak bisa melukis, bernyanyi, dan tertawa bersama. Kehadiran seni seakan membuka dunia baru penuh warna, tawa, dan harapan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.


Ia menambahkan, warga banyak kehilangan rumah, sawah, bahkan kenangan masa kecil. Seni memberi ruang untuk sejenak melupakan duka sekaligus menumbuhkan harapan.


Selengkapnya klik di sini.