Internasional

Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira

NU Online  ·  Ahad, 15 Juni 2025 | 20:00 WIB

Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira

Jamaah haji sedang antre masuk ke Gua Hira, Sabtu (14/6/2025). (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)

Makkah, NU Online

 

Jabal Nur menjadi salah satu destinasi wisata bagi jamaah haji. Sebab setelah fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), jamaah haji dari seluruh dunia berbondong-bondong mendaki gunung setinggi 640 meter itu.

 

Kepadatan jamaah haji terlihat pada Sabtu (14/6/2025) mulai sore hingga pagi hari. Mereka memilih waktu-waktu tersebut untuk menghindari cuaca panas terik. Saya bersama rekan-rekan Media Center Haji (MCH) meluncur ke Jabal Nur pukul 02.00 dini hari WAS dari Makkah dengan menempuh jarak sekitar 10 kilometer. Jabal Nur berada sebelah utara Masjidil Haram.

 

Meski sambil mengumpulkan bahan liputan, saya sedari awal berniat melakukan napak tilas perjuangan Nabi Muhammad menuju puncak Jabal Nur. Di gunung tersebut, Nabi kemudian ber-tahanuts dan ber-khalwat di Gua Hira, ruang berukuran kecil tempat Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu dan risalah Islam yang disampaikan Allah melalui malaikat Jibril. Gua tersebutlah yang menjadi tujuan utama para jamaah haji.

 

Saya pikir, jamaah haji yang memadati gunung yang juga disebut sebagai Jabalul Qur'an itu juga sama, bermaksud merasakan perjuangan Nabi menuju Gua Hira. Rasulullah menempuh perjalanan dari rumahnya di Makkah, lalu mendaki gunung yang sangat terjal yang tentu saja saat itu hanya berisi tumpukan batu dan kerikil. Kemudian setelah sampai di pucuk gunung, Nabi turun sekitar 20 meter melewati lubang yang sangat sempit untuk mencapai Gua Hira.

 

Kenapa Nabi Muhammad memilih Gua Hira untuk bertafakkur?

 

Pakar Sejarah Islam Oman Fathurahman yang turut mendampingi rekan-rekan MCH ke Gua Hira mengungkapkan, ada beberapa alasan Nabi Muhammad memilih Gua Hira di Jabal Nur. Menurutnya, bentuk gunung yang juga disebut Jabalul Islam itu berbeda dengan gunung-gunung lainnya di Arab Saudi, bahkan di dunia.

 

"Jika kita lihat, bagian atas gunung ini berbentuk torbus, topi tradisional Turkey atau Maroko, atau seperti punuk unta kalau dilihat dari jauh. Kemudian, setelah Nabi masuk ke Gua Hira langsung menghadap Ka'bah," jelas Oman yang juga Ketua Mustasyar Diny PPIH Arab Saudi, Sabtu (14/6/2025) di Jabal Nur.

 
​
Jabal Nur yang berbentuk seperti punuk unta dari kejauhan, Sabtu (14/6/2025). (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
 

Pertanyaan lebih jauh, mengapa Nabi Muhammad harus berkhalwat di Gua Hira? Menurut Oman, berkhalwat atau bertahannuts merupakan tradisi kaum Quraisy waktu itu. Nabi sendiri melakukan khalwat setiap tahun, ada satu bulan khusus yang digunakan Nabi Muhammad untuk bertahannuts.

 

Proses menyendiri di Gua Hira Nabi lakukan pada bulan Ramadhan 610 Masehi di usia 40 tahun. Dia gelisah dan bermaksud mencari kebenaran atau ber-tabarrur karena melihat masyarakat Quraisy yang menyembah berhala dan berperilaku jahiliah waktu itu.

 

Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menggambarkan kondisi Gua Hira. Gua Hira merupakan ruang yang tidak begitu lebar, hanya muat satu hingga dua orang sehingga pengunjung harus antre dan bergantian. Di sisi kiri terdapat batu yang digunakan Nabi Muhammad untuk istirahat. Sisi lainnya digunakan Nabi untuk bertafakkur selama di Gua Hira.

 

Saat ini, pemerintah Arab Saudi menjadikan Gua Hira sebagai salah satu destinasi wisata religi bagi jamaah haji maupun umrah. Bahkan di pintu gerbang pertama kali pengunjung masuk, terdapat satu area dengan luas sekira 5 hektar yang berisi taman, museum Gua Hira, toko-toko pusat perbelanjaan, food court, dan wahana naik hewan unta. Area tersebut dinamakan "Hira Cultural District".

 

​
Hira Cultural District, area bagi pengunjung sebelum mendaki ke puncak Jabal Nur, Sabtu (14/6/2025). (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
 

Di pintu masuk naik menuju Gua Hira didekat wahana naik unta, pengunjung sudah dihadapkan pada tangga-tangga. Ada sekitar 600 anak tangga yang dibuat pengelola yang dapat memudahkan pengunjung mendaki Jabal Nur. Namun, ada juga pilihan jalan rata berisi pasir selebar 4 meter sebagai alternatif ketika pengunjung atau peziarah memiliki tidak menggunakan anak tangga.

 

Selama mendaki dan menuruni Jabal Nur, saya melihat para peziarah bergempor ria namun tetap terlihat antusias menapaki perjalanan Rasulullah ke Gua Hira. Para pengunjung tidak hanya jamaah-jamaah muda, tetapi juga orang-orang tua yang berasal dari sejumlah negara seperti Turkey, Bangladesh, India, Pakistan, Uzbekistan, Turkmenistan, China, dan tak terkecuali jamaah haji asal Indonesia.

 

Saya melihat tidak sedikit jamaah haji asal Turkey yang sudah lansia dan memegang tongkat, tapi begitu kuatnya mereka mendaki gunung curam untuk mencapai Gua Hira. Mereka seolah tidak mengenal rasa takut meski di kanan-kirinya jurang. Mereka tempuh medan berat tersebut dengan berkali-kali menyebut nama Allah dan Rasulullah.

 

​
Jamaah haji antre masuk pintu sempit yang dilewati Nabi Muhammad saat menuju Gua Hira, Sabtu (14/6/2025). (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
 

Ada juga jamaah yang membawa sound musik berukuran kecil untuk membunyikan nyanyian shalawat agar selama mendaki diiringi shalawat Nabi sehingga tidak terasa capek dan gempor.

 

Jamaah haji Indonesia tak kalah semangatnya meski terlihat beberapa kali berhenti dan istirahat sejenak, kemudian meneruskan perjalanannya. Saya sempat tertawa mendengar kata "mopo" dari ibu-ibu yang sedang beristirahat kecapean. "Mopo," kata si ibu sambil mengurut-urut betisnya.

 

"Mopo" merupakan salah satu bahasa kampung saya di Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang berarti "pegal atau capai".

 

Setelah sampai atas, pengunjung akan diperlihatkan beberapa pemandangan seperti penjual air, pernak-pernik, termasuk beberapa orang yang dengan suka rela membersihkan Jabal Nur dari sampah dengan memegang sapu. Terlihat juga beberapa jamaah yang memberikan sedekah uang kepada mereka. Pengunjung juga dapat melihat indahnya hamparan gedung dan bangunan di Makkah serta gunung-gunung di sekitar Jabal Nur.

 

​
Pemandangan kota Makkah dan Masjidil Haram dari puncak Jabal Nur, Sabtu (14/6/2025). (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
 

Ribuan pengunjung, membuat Jabal Nur tidak terlepas dari sampah botol plastik dan tisu. Di banyak batu juga terdapat aksi vandalisme, coret-coret batu yang jika diperhatikan ada tulisan India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, termasuk tulisan latin berbahasa Indonesia. Saya melihat tulisan nama-nama orang Indonesia di batu-batu Jabal Nur.

 

Meski merasakan begitu tidak mudahnya perjuangan Nabi ke Gua Hira, termasuk pengorbanan Sayyidah Khadijah yang menurut riwayat mengantarkan makanan untuk suaminya tersebut hingga puncak Jabal Nur, saya begitu menikmati bisa merasakan tumpukan batu yang menyatu kuat di puncak Jabal Nur.

 

Beberapa batu berposisi rata dan agak memanjang sehingga bisa dimanfaatkan jamaah untuk melaksanakan shalat dari puncak Jabal Nur langsung menghadap Masjidil Haram yang terlihat jelas dengan bangunan Tower Zamzam-nya. Jabal Nur setinggi 640 meter, sedangkan Tower Zamzam 601 meter. Saya berkesempatan shalat Subuh di Jabal Nur setelah ikut berjibaku dengan super padatnya jamaah haji menuju Gua Hira. Selamat mencoba.