Daerah

Gus Yusuf Ingatkan Pentingnya Kreativitas Program Kader IPNU-IPPNU

Sel, 29 September 2020 | 08:00 WIB

Gus Yusuf Ingatkan Pentingnya Kreativitas Program Kader IPNU-IPPNU

Pembuna IPNU jateng KH Yusuf Chudlori saat memberikan pengarahan pada pelantikan dan Rakerwil IPNU di Semarang (Foto: NU Online/Rakhman Jaya)

Semarang, NU Online 

Kebijakan work from home (bekerja dari rumah) dan physical distancing (jarak aman interaksi sosial) sebagai bagian pencegahan Corona Virus Desase 2019 atau Covid-19 merupakan salah satu hal yang menuntut semua instansi, lembaga, maupun organisasi untuk kreatif membuat program kegiatan. 

 

"Berhentinya kreativitas organisasi juga menjadi persoalan masyarakat belakangan ini. Banyak rekan-rekan kita, adek-adek kita yang kerjaannya cuma bengong di rumah, tiap hari cuman meluk gadget, siang hari main sepeda juga enggak," kata pengasuh Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori.

 

Gus Yusuf mengingatkan pentingnya kreativitas dalam membuat program saat menyampaikan 'Tausyiah Kebangsaan' usai pelantikan dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Tengah masa khidmat 2019-2022 yang digelar di Hotel Pandanaran, Kota Semarang Semarang, Sabtu (26/09).

 

Oleh karena itu, dai muda yang digandrungi generasi muda tersebut sangat mendukung progam ‘Konco Sinau’ yang digagas oleh pengurus baru PW IPNU-IPPNU Jateng untuk mengatasi persoalan yang dialami pelajar di berbagai daerah, khususnya di daerah-daerah terpencil.

 

"Program ini saya harap menjadi solusi yang tepat bagi pelajar, seperti kendala jaringan internet, kebingungan guru, orang tua yang mengeluh karena harus membagi waktunya bekerja dengan mendampingi anaknya belajar dan lain-lain," tuturnya.

 

Menyoal wacana pendidikan, Gus Yusuf sapaan akrabnya, sangat menyayangkan wacana yang sempat muncul beberapa waktu lalu. Yakni tentang akan dihapuskannya pelajaran sejarah dari bangku sekolah.

 

"Kita boleh menatap ke depan sejauh-jauhnya, tetapi kita tidak boleh melupakan sejarah. Sungguh sangat ironis ketika kemarin muncul, entah itu wacana atau gagasan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menghapus pelajaran sejarah," ujar putra Al-Maghfurlah KH Chudlori Tegalrejo.

 

Selaku pembina PW IPNU Jateng, Gus Yusuf mengajak para kader IPNU-IPPNU untuk menjaga generasi calon pejuang ajaran Ahlussunnah wal jamaah dengan cara terus mengingat sejarah. Sebab tanpa paham sejarah, generasi muda bisa kehilangan pondasi. 

 

“Generasi muda yang tidak paham sejarah, adalah generasi yang tanpa pondasi, Al-dunya Al-daurah,” tegasnya.

 

Dunia yang berputar, sejarah demi sejarah terus berulang dan berulang. Menurutnya hal itu seperti Peristiwa di zaman Rasulullah SAW terulang kembali di zaman Sahabat. Kejadian dan peristiwa yang terjadi di zaman Sahabat juga akan berulang di zaman tabi'in, tabi'it tabi'in, dan seterusnya. Hanya berganti setting dan latar belakang panggung serta pemainnya. Tapi hakikat peristiwa itu akan terus berulang dan berulang.

 

"Maka, sungguh sangat bodoh dan ironis generasi-generasi yang melupakan sejarah, teman-teman Nasionalis punya idiom Jas Merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Kita, NU, punya idiom Jas Hijau, jangan sekali-kali hilangkan jasa para ulama," tegasnya.

 

Gus Yusuf mengingatkan para kader IPNU maupun IPPNU untuk belajar dari sejarah NU di Orde Lama maupun Orde Baru. Peran serta NU, dan tokoh-tokohnya terus berlanjut hingga di era pasca-reformasi. 

 

“Hal itulah yang harus menjadi pijakan kita bersama menatap ke depan kita meraih cita-cita setinggi mungkin, tetapi kita tetap berpijak, akar yang kuat, akidah Ahlussunnah wal jamaah yang kuat dan mencintai NKRI," tandasnya.

 

Ketua PW IPNU Jateng Syaeful Kamaluddin kepada NU Online, Senin (28/9) mengatakan, optimalisasi sumber daya manusia (SDM) kader di berbagai bidang sebagai target utama kepemimpinnannya.

 

"Untuk itu, PW IPNU-IPPNU Jateng yang dipelopori oleh Tim Bidang Jaringan Sekolah dan Pesantren, membentuk program 'Konco Sinau' sebagai respons Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi ini," katanya.

 

Pemuda asal Pemalang ini menyebut pola pembelajaran jarak jauh bagi siswa pendidikan dasar di masa pandemi menimbulkan dampak yang begitu signifikan bagi siswa maupun orang tua murid. 

 

"Sehingga, kehadiran program 'Konco Sinau' diharapkan menjadi jembatan antara guru, siswa, dan orang tua untuk mengatasi problematika dalam proses PJJ melalui kerja sama dengan stakeholder, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat lainnya," pungkasnya.

 

Kontributor: Rakhman Jaya, Ahmad Rifqii Hidayat
Editor: Abdul Muiz