Daerah

Begini Pemberdayaan Lembaga Takmir Masjid NU di Sidoarjo 

Sen, 30 Desember 2019 | 02:00 WIB

Begini Pemberdayaan Lembaga Takmir Masjid NU di Sidoarjo 

LTM MWCNU Sukodono selalu menyapa ribuan masjid dengan mengadakan pertemuan keliling. (Foto: NU Online/Yuli R)

Sidoarjo, NU Online
Keberadaan Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur bukan semata papan nama. Sejumlah ikhtiar dilakukan demi memastikan agar keberadaan masjid memiliki kiprah yang dapat dibanggakan.
 
Hal itu setidaknya yang dapat dilihat dari kiprah Lembaga Takmir Masjid (LTM) yang berada di kawasan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukodono, Sidoarjo. 
 
Pada Ahad (29/12) diselenggarakan ngaji bareng khatib Jumat bersama takmir masjid se-Sukodono. Kegiatan dipusatkan di masjid Badrul Hasan Dusun Keling, Desa Jumputrejo. 
 
Kegiatan yang merupakan pertemuan rutinan dan diadakan LTM MWCNU Sukodono setiap Ahad Pon tersebut memang diselenggarakan dengan berkeliling ke sejumlah masjid kampung dan perumahan.
 
Ketua LTM MWCNU Sukodono, Imam Syafi’i Azizy mengemukakan bahwa masjid yang ada di Sukodono total sekitar lima puluh lima. 
 
“Ke depan kita akan melakukan pelatihan dan pembinaan bagi imam dan khatib,” katanya. 
 
Program-program LTMNU di antaranya memperkuat masjid dengan menerbitkan surat keputusan takmir masjid dan mushala, kampanye untuk manajemen atau pengelolaan masjid secara profesional.
 
“Termasuk mengadakan pelatihan imam dan khatib, serta BBM berkah yaitu bersih-bersih masjid berkah,” ungkapnya.

Kegiatan diawali dengan shalat dhuha berjamaah, pembacaan tahlil dan istighotsah, sambutan, informasi organisasi dan mauidhotul hasanah oleh KH Ainul Yaqin.
 
Takmir masjid Badrul Hasan, M Bukhori saat memberikan sambutan menyampaikan bahwa banyak kegiatan rutin yang digelar di masjidnya. 
 
“Semoga kegiatan NU di dusun kami bisa berjalan sampai hari kiamat nanti,” harapnya.
 
KH Ainul Yaqin pada kesempatan ngaji kali ini mengingatkan kembali kepada takmir masjid terkait dengan imam shalat Jumat demi kebaikan bersama. 
 
“Pemahaman perihal ilmu dasar imam penting, namun sayangnya kita masih sering teledor,” ungkap Kiai Yaqin.
 
Menurut pandangannya, yang wajib diperhatikan oleh khatib Jumat adalah rukun khatbah, kalau isinya bebas. 
 
”Khatbah Jumat itu tidak boleh diawali dengan apapun, baik itu bacaan bismillah atau allahu Akbar,” tuturnya. Juga dijelaskan bahwa khatbah dibagi dua, yaitu khatbah umum tanpa ada ketentuan dan khatbah khusus yang mempunyai ketentuan, lanjutnya.
 
Rais MWCNU Sukodono ini  mengajak takmir untuk lebih selektif dalam mencari khatib Jumat. 
 
“Takmir harus mencari khatib yang menjadi imam,” tegasnya.
 
Pertemuan rutinan dihadiri pengurus dari LTM MWCNU Sukodono, pengurus ranting NU Desa Jumptrejo, pengurus takmir masjid dan mushalla di Sukodono, juga tokoh masyarakat sekitar.  
 
 
Kontributor: Yuli Riyanto
Editor: Ibnu Nawawi