Daerah

27 Tahun Nabi Muhammad Berbisnis Harus Dicontoh Umat Islam

NU Online  ·  Kamis, 5 Januari 2017 | 04:01 WIB

27 Tahun Nabi Muhammad Berbisnis Harus Dicontoh Umat Islam

Gambar: IslamiCity.com

Jember, NU Online

Umat Islam tidak dilarang berbisnis, juga tak ada larangan untuk menjadi orang kaya, asalkan semuanya ditempuh dengan cara yang halal. Nabi Muhammad sendiri bukan orang yang papa. Malah dia adalah pebisnis yang sukses. Namun pola hidupnya memang sederhana.

Demikian disampaikan Wakil Ketua PCNU Jember, Jawa Timur Ustadz Moch. Eksan saat bertaushiyah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di masjid Baiturrahman, Dusun Karangtengah, Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Jember, Jawa Timur, Selasa malam (3/1).

Menurut Ustadz Eksan, salah satu bukti bahwa Rasulullah SAW adalah pebisnis sukses, bisa dilihat dari mas kawin yang diberikannya saat menikahi Siti Khadijah, yaitu 20 ekor unta dan 12,4 ons emas. Mas kawin tersebut berasal dari kantong  pribadi Nabi Muhammad yang dikumpulkan dari hasil bisnisnya sebelum menikah. Mas kawin tersebut adalah yang terbesar dalam catatan sejarah pernikahan manusia di muka bumi ini.

“Coba kalau dirupiahkan saat ini, berapa miliar jumlahnya. Orang kaya mana yang bisa bayar mas kawin sebesar itu. Jadi, keliru kalau ada anggapan bahwa Nabi itu orang miskin. Yang benar beliau orang kaya, tapi memilih hidup sederhana di tengah kesuksesan bisnisnya. Semua hartanya dinafkankan di jalan Allah hingga tak ada yang tersisa untuk diberikan kepada keluarganya,” jelasnya.

Seraya menyitir tulisan cendekiawan muslim, Ustadz Eskan menuturkan bahwa karir bisnis Nabi Muhammad SAW jauh lebih lama dibanding “karir” kerasulannya. Rasulullah SAW adalah seorang trader yang sukses dan gemilang.DIa membangun “kerajaan” bisnisnya sejak berusia 12 tahun hingga umur 37 tahun. Sementara missi kerasulannya diemban sejak beliau berusia  40 tahun hingga wafat sekitar umur 63 tahun.

“Jadi karir bisnisnya 27 tahun. Sementara masa kerasulannya  23 tahun. Hal ini seharusnya merangsang umat Islam untuk sukses dalam berbisnis sekaligus sukses dalam ibadah,” urainya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)