Nasional

Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya

NU Online  ·  Rabu, 4 Juni 2025 | 10:00 WIB

Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya

Takbiran Idul Adha. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Takbiran atau melafalkan takbir menjadi salah satu amalan yang sangat dianjurkan pada Idul Adha. Amalan ini sangat dianjurkan sejak tanggal 9 Dzulhijjah atau hari Arafah hingga selesainya hari tasyriq pada 13 Dzulhijjah. Di tahun 1446 H ini, waktu tersebut bertepatan dengan Kamis, 5 Juni 2025 hingga Senin, 9 Juni 2025.


"Waktu pembacaannya setelah sembahyang shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ashar akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijjah)," tulis Ustadz Ahmad Mundzir dalam artikelnya berjudul Dua Jenis Takbir Idul Fitri atau Idul Adha yang dikutip NU Online pada Rabu (4/6/2025).


Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'i dalam Fathul Qarib al-Mujib, sebagaimana dikutip Ustadz Mundzir, menjelaskan bahwa takbir saat momemtum hari raya Id terbagi menjadi dua macam, yaitu mursal dan muqayyad. 


Takbir mursal, jelasnya, bisa dilafalkan kapan pun dan di mana pun. Takbir jenis ini dibaca mulai dari terbenamnya malam Id hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. 


Sementara takbir muqayyad memiliki waktu khusus yakni dibaca setelah melaksanakan shalat fardhu dan sunnah. Waktu membacanya pada setelah shalat Subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan selesai bakda ashar hari tasyriq terakhir (13 Dzulhijjah).


Syekh Ibrahim Al Bajuri menjelaskan bahwa takbir pada Hari Raya Idul Adha menyandang dua istilah sekaligus yakni mursal dan muqayyad, karena dibaca sejak malam Id hingga hari tasyriq terakhir.


Lafal takbiran

Adapun bacaan takbir yang bisa dibaca pada takbiran di hari Arafah, Idul Adha, dan hari tasyrik ini ada tiga macam. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ustadz Alhafiz Kurniawan dalam artikel berjudul Ini Lafal Lengkap Takbir pada Malam dan Hari Raya Id. Tulisannya itu ia rujuk dari Imam an-Nawawi dalam kitab al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzab.


1. Dibaca sebanyak tiga kali

Imam An-Nawawi menjelaskan dalam Kitab Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab bahwa bacaan takbir di hari raya Id dibaca sebanyak tiga kali. Berikut lafalnya:


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ 


Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. 


Artinya, “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar.”


2. Takbir yang lazim dibaca masyarakat

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat lafal takbir yang lazim dan bahkan sering dibaca atau dikumandangkan masyarakat. Lafal ini tidak masalah dan cukup baik untuk dibaca. Berikut lafalnya:


.اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ


Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu. 


Artinya, “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”


3. Ditambah bacaan zikir

Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menambahkan zikir di dalam lafal takbir yang dikumandangkan di bukit Shafa. Berikut lafal lengkapnya:


 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ 


Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. 


Artinya, “Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.”