Warta

Umat Islam Harus Kuasai Iptek

NU Online  ·  Senin, 29 September 2003 | 17:39 WIB

Jakarta, NU.Online
Kaum muslim tidak seharusnya menolak ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) karena iptek adalah sesuatu yang netral dan tidak membedakan apakah milik Islam atau barat.

"Muslim harus mengusai iptek dengan mengadopsi, mempelajari dan mengembangkannya, bukan menolaknya," kata Director of Center for Internasional Relation University of Gottingen Jerman, Prof Bassam Tibi Phd, dalam diskusi ’Modern Tehcnology Islamic Civilitation’ di Jakarta, Senin malam.

<>

Menurut profesor yang lahir di Damaskus tersebut, kaum muslim tidak perlu kecil hati melihat iptek sekarang dikuasai barat. Tibi mengatakan, sekarang giliran mereka mengusainya karena sebelumnya umat Islam (muslim) jauh hari sebelumnya juga telah mendapat giliran memiliki peradaban tertinggi ketika barat masih dalam masa kegelapan.

"Beberapa abad lalu, dunia Islam sudah memproduksi filsafat rasional dan ilmu-ilmu yang menjadi dasar penting bagi iptek di masa kini," katanya. Ibnu Sina, Ibnu Rusd, Aljabar adalah contoh-contoh ilmuwan Islam yang menjadi pendahulu ilmuwan barat, seperi ilmu kedokteran yang kite kenal sekarang.

Lebih lanjut ia mengemukakan ilmu yang kini dikembangkan dan digunakan pihak Barat itu sebenarnya berasal dari ilmu dasar yang diterapkan tokoh kedokteran dan pengobatan Islam pada abad ke-10, Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina.

Sampai kini, nama Ibnu Sina dan ilmunya yang ditulis dalam buku "Al Qanun Fi al-Tib", tetap menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan dunia. Sehingga, Ibnu Sina menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu kedokteran dunia.  Di kalangan Barat, nama Ibnu Sina dipanggil dengan sebutan Avicenna.

Bukunya, "Al Qanun" juga "diterjemahkan" menjadi "The Cannon" oleh pihak Barat, yang menjadi rujukan banyak ilmuwan abad pertengahan. Buku itu diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Bahkan, diperkenalkan penyembuhan secara sistematis dan dijadikan rujukan selama tujuh abad kemudian (sampai abad ke-17).

Jadi Kalau ada kaum dalam Islam yang melarang penggunaan dan pengembangan iptek karena alasan tidak Islami, maka hal itu salah besar, kata Tibi. Quran mengajarkan nilai yang baik dan buruk yang tidak diajarkan dalam iptek, dan karena itulah Quran tidak merinci iptek, namun tetap berlandaskan pada rasionaliltas, katanya.

Islam tidak mengenal sekularisme yang dikenal barat sebagai pemisahan antara agama dan kehidupan bernegara, karena sejak awal kedatangannya memang untuk mengajarkan rasionalitas, ujarnya (Cih)***