Warta

Ultah ke 20 Ponpes Assidiqiyah Dirayakan Meriah

NU Online  ·  Senin, 25 Juli 2005 | 04:29 WIB

Jakarta, NU Online
Perayaan hari ulang tahun ke 20 pondok pesantren Assidiqiyah dirayakan dengan sangat meriah. Berbagai acara seperti bazaar disepanjang jalan Panjang dengan 120 stand dari berbagai perusahaan, lomba nasyid, lomba sepeda hias, lomba barongsai sampai dengan pengobatan gratis dilakukan.

Acara yang berlangsung mulai 22-24 Juli ini juga menampilkan artis terkenal seperti Dani Dewa, Grup Musik F1, Ali Coboy, Adi bin Slamet, Bimbim dan Kaka (Slank) dan entertainer lainnya seperti Memet Mini, Otong dan Icang.

<>

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi juga memberikan ceramah dalam puncak acara yang diselenggarakan Minggu, 24 Juli di halaman pesantren. Acara tersebut dihadiri oleh ribuan orang mulai dari para habaib, alumni, santri sampai orang tua murid.

Kepada NU Online (24/7), KH Nur Iskandar mengungkapkan bahwa Ultah yang disponsori oleh perusahaan Rokok Djarum Kudus tersebut dilakukan secara meriah karena Assidiqiyah yang didirikan pada tahun 1985 tersebut sudah melewati masa-masa sulit.

“Sekarang tinggal bagaimana meningkatkan kualitas kita untuk bisa berkembang dan bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain. Dalam dua puluh tahun ini kita bersyukur bahwa Assyiqiyah sudah menapakkan sebuah tonggak pohon di kedoya ini dan kemudian berkembang ranting-rantingnya di Batu Ceper, Serpong, Kerawang, Cijeruk Bogor, dan Sukabumi,” tandasnya.

Nur Iskandar mengungkapkan bahwa misi dakwahnya di Kedoya ini diawali secara tidak sengaja. Pada awalnya ia lebih banyak melakukan aktifitas keagamaan di wilayah Pluit, tetapi karena disana ada masalah, akhirnya pindah ke Kedoya.

“Kebetulan disini ada teman yang mempunyai lahan dan tidak ada yang ngopeni, kemudian saya terdampar disini. Saya mengawali santri satu orang dari Lampung namanya Iskandar dan kedua Rohana dari Kuningan,” kenangnya.

Dari sebuah musholla, pada tahun ke 2 ia sudah berani mendirikan sebuah sekolah formal dengan konsep pendidikan salah modern dengan ratusan santri. Dengan prestasi yang bagus, akhirnya banyak wali murid yang mewakafkan tanahnya untuk dibuat cabang Assidiqiyah yang saat ini sudah mencapai 6. Total santri dan murid yang ada sudah mencapai 6000-7000 siswa.

“Sekarang saya lebih berkonsentrasi pada peningkatan kualitas. Ini akan membawa kuantitas dengan sendirinya. Matematik terbaik di SMU Jakarta Barat di sekolah kita. Yang di Tengerang akreditasinya sudah sama dengan Sekolah Pelita Harapan, A Plus,” tegasnya.

Inovasi yang saat ini tengah dikembangkan adalah pesantren entrepreneur bekerjasama dengan Puspowardoyo pemilik restoran Wong Solo. Dengan konsep ini, para santri akan diberi ketrampilan, disesuaikan dengan kondisi daerahnya.

Program lainnya adalah pendirian Ma’had Aly untuk menciptakan kader ulama yang mampu memahami Al Qur’an, Hadist, dan kitab kuning, tetapi juga bisa memecahkan masalah sosial kemasyarakatan.

Para alumni santri juga diperkenankan untuk mendirikan pesantren dengan nama Assidiqiyah. Namun untuk 6 cabang assidiqiyah yang biasa disebut Assidiqiyah angka, mulai dari 1-6 tetap dikelola di Pusat.

Tawaran untuk membuka cabang terus bermunculan, mulai dari Lampung, Batu dan Lampung Tengah. Bahkan salah seorang wali murid di Kalimantan Tengah telah menyediakan tanah seluas satu kilo meter persegi untuk dibangun sarana pendidikan.(mkf)