Nasional

Gus Yahya Sebut Konsolidasi PBNU sebagai Strategi Hadapi Perubahan Zaman

NU Online  ·  Selasa, 1 Juli 2025 | 19:00 WIB

Gus Yahya Sebut Konsolidasi PBNU sebagai Strategi Hadapi Perubahan Zaman

Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa konsolidasi tata kelola, sumber daya, dan agenda yang dilakukan PBNU bertujuan untuk mempertahankan NU di tengah gejolak perubahan zaman. Konsolidasi bukan untuk menolak perubahan tersebut, melainkan sebagai strategi menghadapi setiap kemungkinan yang ada.


Menurut Gus Yahya, kemampuan beradaptasi tidak bergantung pada seberapa kuat atau pintarnya seseorang maupun komunitas.


"Nah kita harus paham betul bagaimana keadaan lingkungan ini berubah dan bagaimana kita harus segera menyesuaikan diri supaya kita bisa bertahan. Karena di tengah gejolak-gejolak perubahan seperti sekarang, bertahan ini yang paling penting. Ini yang orang juga suka lupa," tegasnya dalam Pelantikan PWNU Sumatra Selatan di Griya Agung, Kota Palembang, pada Selasa (1/7/2025).


Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menegaskan bahwa sejak keputusan kembali ke Khittah hingga saat ini, NU tidak diperbolehkan terlibat dalam kompetisi politik kekuasaan. Meski demikian, sejak awal berdirinya, NU hadir sebagai penyangga hajat hidup masyarakat luas. Karena itu, diperlukan konsolidasi gerakan untuk mencapai kemaslahatan.


"Kedudukan Nahdlatul Ulama adalah membantu memastikan bahwa agenda-agenda, program-program yang dibangun oleh pemerintah dengan segala perencanaannya dengan segala anggarannya membawa masalahat, manfaat. Maslahat dari agenda dan program itu sungguh-sungguh sampai kepada rakyat yang membutuhkan," ungkapnya di hadapan jajaran PWNU, PCNU, dan Banom Sumatra Selatan.


Gus Yahya juga mengingatkan bahwa upaya mengembangkan atau memajukan organisasi harus tetap disertai dengan berpegang teguh pada mazhab para pendiri NU. Setiap program, kebijakan, hingga keputusan harus berlandaskan pengetahuan yang diperoleh melalui seorang guru.


"Ilmu itu harus diperoleh dengan guru, tidak cukup ilmu hanya dapat dari google atau dari AI misalnya sekalipun. Itu tidak cukup, berilmu harus dengan guru. Karena agama ini bukan hanya soal kognitif, bukan soal pemahaman saja, tapi juga soal ruhani," tuturnya.


Selain itu, kata Gus Yahya, keikhlasan dalam berkhidmah juga harus senantiasa diupayakan. Sebab sebagai organisasi yang dianggap keramat, NU diyakini dapat menimbulkan akibat yang setimpal bagi para pengurus maupun pengikutnya.


"Idza akhlashta niyyataka lillah kafa Allahu maa baynaka wa bainannas. Kalau niatmu bersih karena Allah, urusan (terkait) manusia Allah sendiri yang membereskan," pungkas santri jebolan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta itu.


Agenda pelantikan ini juga dihadiri Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, Wakil Ketua PBNU Amin Said Husni, Ketua Tanfidziyah PWNU Sumsel Hendra Abdullah, dan Rais Syuriah PWNU Sumsel KH Mal’an Abdullah.