Warta

Tolhah Hasan Tak Khawatir Liberalisasi NU

NU Online  ·  Selasa, 26 Juli 2005 | 04:05 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam PBNU menyatakan tak khawatir adanya liberalisasi yang saat ini sedang tumbuh dikalangan NU. Beberapa tokoh liberal yang tumbuh dari kalangan pesantren tersebut dinilainya sedang mengalami satu eforia setelah keluar dari lingkungan yang ketat.

“Jika ada orang yang keluar dari satu ekstrimitas, kerap kali masuk ke ekstrimitas yang lain. Nanti biasanya kalau masih ada yang tetap membina, ketika dia sudah sempat berfikir, mestinya dia kembali, itupun tak ke yang lama, tapi lebih moderat,” tegasnya tandasnya kepada NU Online beberapa waktu lalu.

<>

Digambarkannya bahwa perubahan tersebut bukan hanya dalam hal pemikiran tapi juga penampilan. Anak-anak pesantren yang dulu brukut-brukut, yang alim setelah keluar kadang-kadang lebih nyentrik daripada yang sudah biasa hidup dalam pergaulan terbuka.

“Dulu imam Asy’ari dari mu’tazilah fikirannya menjadi anti mu’tazilah dan sangat ekstrim. Tapi setelah beberapa waktu setelah sempat berfikir lagi, ada penurunan-penurunan,” imbuhnya.

Semua gerakan-gerakan ini akan terus mengalami dinamika antara fundamentalisme di satu sisi dan liberalisme di sisi lainnya. Tapi jika ini selalu dipertemukan, akan mengurangi liberalisme atau fundamentalisme, akan timbul sintesa baru.

“NU sendiri kan sintesa adalah keberagamaan yang dibingkai oleh pengaruh sufisme dengan keberagamaan teologi-teologi yang ketat sehingga bisa kita pertemukan dalam puritanisme moderat,” tegasnya.

Dikatakannya bahwa saat ini tengah terjadi masalah transisi sehingga muncul ketegangan dan kerawanan. Dikalangan salaf, semangat untuk mematuhi sangat kuat. Mereka tidak berani mengkritisi apa yang selama ini sudah dianggap baku. Sebaliknya dikalangan akademisi, mereka justru mempertanyakan apakah masih relevan ajaran-ajaran yang ada.

“Antara dua budaya ini dikalangan NU sedang sama-sama kuat. Ini kalau tidak difasilitasi bisa menimbulkan kerawanan. Tapi kalau kita mau, bisa kita upayakan agar supaya dua hal ini bisa hidup damai dan bisa mengambil kebaikan masing-masing. Ada semangat mematuhinya, tapi harus ada keterbukaan,” paparnya.(mkf)