Warta

Lakpesdam NU Berkomitmen Jaga Khittah 1926

NU Online  ·  Senin, 14 April 2008 | 06:01 WIB

Makassar, NU Online
Salah satu mandat utama didirikannya Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) adalah mendinamisir NU sebagai organisasi sosial. Lakpesdam NU persis didirikan setelah NU menyatakan diri kembali ke Khithah 1926 sebagai organisasi sosial keagamaan, dan keluar dari organisasi partai politik manapun.

Demikian dikatakan Hilmy Ali, salah seorang yang turut membidani kelahiran Lakpesdam NU pada tahun 1985, dalam Informal Meeting Lakpesdam NU di Makassar, Ahad (13/4) tadi malam.<>

Putra mantan Wakil Rais Aam PBNU KH Ali Yafie itu mengatakan, Lakpesdam NU harus menghindar sejauh mungkin perilaku partai politik yang selama ini banyak menghinggapi para pengurus NU. Lakpesdam NU dilahirkan untuk mendorong NU sebagai organisasi sosial-kemasyarakatan (ormas) bukan partai politik (parpol).

“Kenapa saya katakan demikian? Karena, sekali lagi terlihat dengan jelas kecenderungan para pengurus NU ke partai politik sangat deras. Saya khawatir semua akan melakukannya. Saya sangat berharap teman-teman Lakpesdam tetap menjalankan mandat awal pendirian Lakpesdam. Lakpesdam NU tidak boleh menyerah,” tegas Hilmy.

“Menjalankan mandat ini tidak mudah dan banyak godaan. Di samping godaan politik praktis juga godaan funding dari negara donor. Memang hari ini kita tidak bisa menghindar dari funding. Tapi kita wajib sadar bahwa mereka punya hidden agenda. Mereka adalah bagian dari proyek kapitalisme global. Suatu hari kita harus bisa mandiri dan independen. Dan itu harus kita mulai dari sekarang,” terang Hilmy, aktivis NU kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan.

Dalam kesempatan itu, Hilmy juga menampik anggapan bahwa Lakpesdam itu liberal. “Liberalisme itu nama lain dari kapitalisme, kapitalisme itu nama lain dari modernisme. Dan Lakpesdam NU tidak sejalan dengan itu. Bahwa Lakpesdam itu melakukan kritisisme itu iya, dan memang harus dilakukan. Dan bahwa sebagian Lakpesdam hari ini didukung funding itu juga iya, tapi kita ambil dengan sadar, sehingga kita tidak sam’atan wa tha’atan kepada mereka. Sekali lagi, kita sadar bahwa mereka punya agenda tersembunyi. Kita berpikir soal itu,” katanya.

Sementara itu, dalam kata sambutannya, Direktur Pimpinan Pusat Lakpesdam, Hj. Lilis Nurul Husna, berharap forum informal meeting malam itu bisa digunakan untuk berbagi bercerita dan informasi satu sama lain, sehingga timbul inspirasi agar bisa berbuat sesuatu yang positif untuk NU di daerahnya masing-masing. ”Lebih dari itu, mudah-mudahan, kita bisa berjejaring untuk langkah yang lebih nyata,” katanya.

Dikatakannya, Lakpesdam NU tetap bekerja secara maksimal. "Kita bekerja sebisa dan semampu kita. Ma la yudraku kulluh, la yutraku kulluh. Kira-kira kaidah ini sepadan dengan pribahasa lokal kita, tak ada rotan akar pun berguna. Ini kaidah minimalis, tapi kaidah ini membuat kita semangat dan tak berhenti berbuat baik,” tambah Lilis.

Informal Meeting yang difasilitasi oleh Menejer Penguatan Basis, Kader, dan Kelembagaan (PBKK) PP Lakpesdam NU, Miftahudin Bisri, dihadiri 32 aktivis Lakpesdam NU. Mereka adalah utusan dari Pimpinan Cabang dari Lamongan, Kota Kediri, Jepara, Cilacap, Wonosobo, Parepare, Bulukumba, Makassar, Gunung Kidul, Bantul. Sedangkan PC dari Sidrap, Batam, tidak mengikuti acara tersebut karena belum datang.

Rombongan Lakpesdam NU datang ke Makassar untuk menghadiri Jambore Forum Warga yang akan berlangsung tanggal 14-18 April 2008 di Asrama Haji Sudiang, Makassar. Jambore bertajuk “10 Tahun Reformasi; Revitalisasi Demokrasi Lokal” diselenggarakan oleh ”Kaukus 17++”. (zah)