Warta

Koalisi Efektif Jika Mesin Politik Bekerja

NU Online  ·  Kamis, 19 Agustus 2004 | 11:43 WIB

Jakarta, NU Online
Koalisi kebangsaan yang digalang oleh PDIP, Golkar, PPP, dan PDK hanya akan efektif jika mesin politik bisa bekerja sampai tingkat ranting. “Jika ini terjadi mereka tinggal ketok pintu ke rumah-rumah penduduk,” ungkap Dr. Sukardi Rinakit dari Soegeng Sarjadi Syndicated di Jakarta ketika ditemui setelah acara diskusi “Kemanakah Suara NU” di hotel Sahid Jakarta (19/08).

Sukardi juga nyatakan bahwa isu status quo vs reformis saat ini juga kurang laku di jual karena hal tersebut merupakan isu dari kalangan menengah sedangkan rakyat di kampung-kampung, mereka tak peduli. “Buktinya, Wiranto yang dianggap status quo dapat 26 juta, yaa kan,” ungkapnya.

<>

Mengenai nasib koalisi tersebut, Sukardi berpendapat bahwa jika Mega menang, maka kemungkinan besar koalisi tersebut akan bisa bertahan sampai dengan 2009 .”Mega akan berusaha menjaga keseimbangan yang ada. Namun demikian, itu semua tergantung pada konsesi-konsesi yang diberikan karena sebenarnya politik itu berbicara siapa mendapat apa” tegasnya.

Berbeda dengan koalisi yang dibangun Mega, Sukardi berpendapat bahwa koalisi yang dibangun oleh SBY akan rentan. “Kalau SBY, mungkin dalam setahun, bahkan 100 hari saja sudah mulai rentan.

Ini berkaitan dengan masalah pengumpulan dana untuk pemilu 2004 dimana hanya mereka yang duduk dalam lembaga-lembaga eksekutif yang mungkin dapat mengumpulkan dana. Disinilah titik rentanya koalisi tersebut.

Akan tetapi Sukardi yakin bahwa jika SBY menang, pemerintahannya tidak akan mudah digoyang seperti masa daluhu. “Kesalahan bisa dicari-cari, tetapi tidak segampang dahulu karena ada mahkamah konstitusi,” tagasnya.
 
Masalah yang penting bagi SBY jika memerintah mungkin tinggal APBN karena hal-hal lainnya seperti UU penting sudah selesai. Disinilah ketangguhan tim SBY akan diuji. “Ketakutan bahwa jika Mega menang pemerintahannya akan lancar karena didukung parlemen dan SBY akan rentan karena dukungan parlemen kecil mungkin secara teori betul, tetapi dalam prakteknya belum tentu.(mkf)