Warta PELATIHAN PEMANFAATAN SOFTWARE KITAB KUNING

Kitab Klasik dalam Sajian Modern

Jumat, 22 Desember 2006 | 11:07 WIB

Kemajuan teknologi telah menyusup ke mana-mana. Termasuk ke sudut-sudut pesantren. Berkat teknologi, kitab-kitab yang dipelajari di pesantren kini bisa dipelajari melalui software (perangkat lunak) khusus. Bagaimana?

Dulu, kitab kuning memang identik sebagai literatur kuno dan klasik. Tapi, kini kitab sebagai salah satu rujukan umat Islam itu bisa dihadirkan dalam format mutakhir berbentuk digital library (perpustakaan digital). Beberapa waktu lalu, 50 orang wakil pesantren se-Kabupaten Probolinggo berkumpul di kampus AMIK Leces untuk mempelajari cara pemanfaatannya.

<>

Acara yang digelar oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur dan RMI NU Kabupaten Probolinggo itu dihadiri juga oleh anggota DPR RI FKB Hamid Wahid. Anggota DPR yang juga putera salah satu pemangku Pesantren Nurul Jadid, Paiton, itu banyak berbicara tentang positioning pesantren saat ini. Salah satu caranya bisa dilakukan dengan penguasaan teknologi. “Salah satunya bisa dilakukan dengan pengembangan perpustakaan digital. Dan, hari ini adalah yang pertama kalinya diselenggarakan di Jawa Timur,” ujarnya.

Training pemanfaatan software kitab kuning yang digagas oleh RMI Jatim kemarin bekerja sama dengan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Istimewa Nihon (sebutan lain untuk PCINU Jepang). Dengan memanfaatkan free software yang milik http://www.almeshkat.info. Dalam acara kemarin, para ustaz yang datang mewakili pesantren mendapat buku panduan dan CD software gratis dari panitia.

“Sebenarnya, software tersebut bisa diakses dengan gratis di internet. Namun, karena aksesibilitas dunia pesantren terhadap teknologi internet masih rendah dan lambatnya speed koneksi internet kita, maka sosialisasi atau halaqoh seperti ini harus diadakan,” ujar Sektertaris RMI NU Jatim Nur Hidayat.

Jika software itu sudah di-instal di komputer-komputer pesantren, maka digital library itu bisa dengan sangat mudah diakses kapan saja. “Dengan kecepatan teknologi, para kiai dan ustaz pesantren bisa dengan mudah mengakses 1800 kitab kuning yang terdapat dalam program ini,” jelasnya.

Dari 1800 kitab kuning cepat saji yang ada dalam program tersebut, ada 29 displin ilmu tersedia untuk diakses. Di antaranya tasfsir (52 kitab), Ulumul Quran (43 kitab) Fikih (64 kitab), tasawuf/akhlak, ushul fikih, mustshtalah hadist, sastra, kamus dan ensiklopedi Islam.

“Selama ini, problem waktu yang dialami setiap bahtsul masail (pembahasan masalah) adalah waktu. Para kiai membutuhkan waktu untuk membuka referensi mereka untuk dijadikan rujukan atas masail yang diangkat," ujarnya.

Namun, dengan adanya maktabah syamilah (kamus digital) itu diharapkan persoalan waktu itu bisa teratasi. “Kalau duilu bahstsul masail harus dilaksanakan berhari-hari dan digelar di ruang besar. Maka, sejak adanya teknologi ini, beliau-beliau itu bisa berkumpul dan langsung menggelar bahtsul masail di ruang lab komputer,” ujar Nur Hidayat yang kemarin didapuk menjadi trainer.

“Ini adalah gelombang ketiga dalam dunia pesantren. Ilmu tak lagi dihafal dan dilihat dari kitab kuning, melainkan dari komputer. Untuk bahtsul masail tidak diperlukan lagi membawa kitab kuning satu pikap, tapi cukup dengan membawa laptop,” kelakarnya. (Nur Hidayat)