Khofifah: PBNU Harusnya Tentukan Batasan Umur Banom

Jakarta, NU Online
Batasan umur yang dilakukan oleh badan otonom NU sendiri seringkali kali dirubah untuk kepentingan calon ketua umur dalam kongresnya ketika usianya sudah diambang batas. Kasus ini terjadi di IPNU, Ansor maupun Fatayat NU.

Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengharapkan agar PBNU secara tegas menetapkan aturan batasan umur karena semuanya harus dalam kerangka sistem NU. Usulan ini sudah pernah dikemukakan dalam muktamar ke 31 NU di Boyolali, tapi banom-banom tersebut tidak setuju.

“Saya dulu di steering committe organisasi, semua setuju tentang pengaturan umur. Yang tak setuju ya Fatayat, IPPNU, termasuk Ansor dengan adanya klasifikasi usia. Seharusnya ada sikap PBNU untuk pengaturan kedalam. Lha kalau umur 50 masih kader kapan mimpinnya,” imbuhnya.

Batasan umur yang tak tegas tersebut bisa mengakibatkan timbulnya overlapping kader, walaupun hal tersebut tak bisa dihindari sepenuhnya Mantan menteri pemberdayaan perempuan tersebut berandai-andai jika sampai umur 50 tahun masih di Fatayat, bagaimana jadinya nanti.

“Sebetulnya kita ndak masalah adanya overlapping. Di Muslimat yang berumur 25 tahun ada juga, asal sudah berkeluarga. Tapi overlapping itu diusahakan tidak berkepanjangan. Sekarang ini kan 25 tahun kalau Fatayat usianya sampai 50 tahun,” tegasnya.

Ditegaskannya kembali bahwa semua badan otonom NU semuanya harus dalam kerangka sistem NU, tidak IPPNU sendiri, Fatayat sendiri, atau Muslimat sendiri. “Kita sebagai satu kesatuan keluarga besar NU untuk melakukan optimalisasi fungsi,” tandasnya.(mkf)