Warta

Kembali kepada Ajaran Agama

NU Online  ·  Sabtu, 27 September 2003 | 20:50 WIB

Jakarta, NU.Online
Wakil Presiden Hamzah Haz menyatakan bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami sebuah situasi yang harus mendapat perhatian bangsa ini sendiri, terutama dalam mengatasi keterpurukan.

Hamzah mengemukakan, keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia sejak lima tahun terakhir, karena Indonesia sebagai negara beragama justeru tidak menjadikan agama sebagai pilar pembangunan nasional. Padahal, dalam pembukaan undang-undang dasar 1945, jelas tertuang falsafah bangsa, yakni pancasila, khususnya sila Ketuhanan yang Maha Esa.

<>

Di depan ribuan warga Darul Dakwah Wal-Irsyad di Lapangan Karebosi, Sabtu (27/9) sore, Hamzah, menegaskan Indonesia merupakan satu-satunya negara yang mencantumkan agama dalam Undang-undang Dasarnya. Bukan hanya itu, dalam struktur pemerintahan pun, Indonesia mendirikan departemen khusus, yaitu Departemen Agama yang bertujuan untuk mempersatukan seluruh agama  di negeri ini dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, yang muncul saat ini justeru jelek-jeleknya saja. Berbagai aksi kekerasan terjadi, mulai dari Ambon, Maluku, Poso, Sulawesi Tengah, Papua dan Aceh yang saat ini belum selesai. Tak hanya itu, masalah korupsi, narkoba serta aksi teroris juga marak terjadi. Penyebabnya, karena selama ini yang dikejar hanya pertumbuhan ekonomi, sementara sumber daya manusianya tidak disentuh.

"Kita ini negara beragama, tetapi korupsi kita rangking tertinggi, narkoba, aksi kekerasan, bahkan aksi teroris marak terjadi," ujar Hamzah.

Karena itu, kata Wakil Presiden Hamzah Haz, Indonesia harus kembali menunjukkan jati dirinya sebagai negara yang beragama. Negara berpenduduk Islam terbesar di dunia dengan menjadikan agama sebagai pilar pembangunan nasional. Ia yakin, jika sila Ketuhanan yang Maha Esa benar-benar dijabarkan dalam kehidupan berbangsa, masalah-masalah itu bisa teratasi.

Pada kesempatan itu, Hamzah juga menyatakan, dirinya akan menghimbau seluruh sekolah, kantor baik milik pemerintah maupun swasta, serta pasar-pasar, untuk menghentikan seluruh aktivitasnya, saat suara Adzan terdengar.

Selain masalah agama, menurut Hamzah, selama ini, sektor pendidikan juga tidak mendapat perhatian serius. Padahal, pendidikan memegang peranan penting selain kesehatan sebagai tolok ukur kemajuan suatu negara. Akibatnya, kwalitas sumber daya manusia hanyalah kelas pembantu rumah tangga yang dikirim ke luar negeri. Ekspor Indonesia juga nasih kelas kayu glondongan. "Ekspor kita masih rangking 112. Negara tetangga kita Malaysia saja sudah rangking 59 dan Singapura rangking 26. itu akibat jika sector pendidikan yang tidak maju," katanya.(Cih)