Warta

Gus Dur: PKB Tolak Partai Lokal Di Aceh

NU Online  ·  Ahad, 24 Juli 2005 | 03:04 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur versi Muktamar II di Semarang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan partainya menolak partai lokal (parlok) di Aceh seperti keinginan GAM.

"Partai lokal itu nggak benar, karena dalam demokrasi dimana pun nggak ada parlok itu. Itu sama dengan mendirikan negara dalam negara yang arahnya jelas untuk memisahkan diri," katanya pada orasi lewat rekaman yang diputar dalam peringatan hari lahir (harlah) ke-7 PKB di Gelora Pantjasila, Surabaya, Sabtu.

<>

Di hadapan massa PKB yang memadati gelora berkapasitas 5.000 orang itu, cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari itu mengaku khawatir jika parlok benar-benar gol (berhasil), maka tuntutan lain pun akan bergulir.

"Gagasan parlok itu sebenarnya interlokal antara Jakarta dengan Helshinki (pusat komando GAM), karena itu PKB menolak gagasan itu dan mendesak pemerintah untuk terus melakukan dialog dengan GAM secara hati-hati," katanya.

Menurut tokoh demokrasi di Indonesia itu, partai lokal merupakan masalah yang juga dihadapi PKB, karena itu PKB harus memberikan pernyataan sikap atas hal itu dengan mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang gagasan parlok itu.

"Demokrasi itu penegakan hukum dan kesetaraan, tapi kalau parlok itu bukan kesetaraan karena arahnya memisahkan diri," katanya dalam harlah ke-7 yang dihadiri sejumlah pejabat teras DPP PKB seperti Muhaimin Iskandar, Effendy Choirie, Nursyahbani Katjasungkana, Yenny Wahid, dan beberapa caretaker DPW PKB Jatim.

Dalam orasinya, Gus Dur juga menyatakan masalah lain yang dihadapi PKB adalah apakah PKB menerima hasil pemilu legislatif, pilpres, pemilu DPD, dan pilkada.

"Kita menghadapi dilema, karena jika semua jenis pemilu itu diulang akan membutuhkan biaya besar, sebab pemilu legislatif dan pilpres yang lalu saja membutuhkan dana 300 juta dolar AS. Kita menjawab, kita setuju pemilu ulang di lokasi yang mungkin untuk diulang," katanya.

Mantan Presiden ke-4 itu mengatakan PKB harus berani mengambil tindakan dengan tolok ukur yang jelas untuk mencapai cita-cita PKB dalam mewujudkan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan.

"Islam sendiri mengajarkan tindakan pemimpin itu berkaitan langsung dengan kesejahraan masyarakat, karena itu pemimpin PKB harus bernai mengambil tindakan yang mengarah pada kesejahteraan, demokrasi, keadilan, dan kemakmuran rakyat," katanya.

Peringatan harlah ke-7 PKB versi Muktamar II di Semarang itu dimulai sekitar pukul 11.00 WIB dengan berbagai atraksi seperti Barongsai, hadrah, pencak silat "Pagar Nusa", kemudian diisi dengan orasi dari Ketua Umum DPP PKB H Muhaimin Iskandar.

Sementara itu, Ketua Dewan Syuro DPP PKB versi Muktamar PKB di Semarang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berhalangan hadir, namun Gus Dur "diwakili" anaknya yang akhirnya mengajak massa mendengarkan pidato ayahandanya lewat rekaman.

Peringatan harlah ke-7 di Gelora Pantjasila itu diakhiri dengan penampilan grup band "Dewa" yang melantunkan lagu-lagu yang diikuti massa yang hadir, diantaranya lagu berjudul Angin, Adam dan Hawa, dan Dua Sejoli.(ant/mkf)