Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Gus Dur Lebih Populer di Negeri Abunawas (3/Habis)

Kam, 9 Desember 2010 | 09:37 WIB

Madinah, NU Online
Meski kurang begitu populer di Arab Saudi dibandingkan pendahulunya, Soekarno, Gus Dur rupanya lebih populer di Iraq. Di mana Presiden Republik Indonesia ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah tokoh Islam yang dihormati dan dibanggakan oleh masyarakat Muslim di seluruh dunia. Keberhasilan Gus Dur dalam memberikan contoh dan keteladanan tentang toleransi dan menjauhi pertikaian merupakan sumbangsih yang sangat berharga bagi seluruh masyarakat dunia.

Demikian dinyatakan oleh Duta Besar Irak Ismeial Muhsin. Ismeial kemudian banyak bercerita mengenai kesan masyarakat Irak, khususnya di kota Baghdad mengenai Gus Dur.  "Bagi rakyat Irak, Gus Dur merupakan kebanggaan tersendiri karena Beliau pernah belajar di Baghdad. Masyarakat Irak sangat selalu mengenang Gus Dur dan mendoakan semoga Allah memberikan kelapangan di alam kuburnya," tutur Ismeial.
;
Menurut cerita Ismeial bercerita, Gus Dur sangat terkenal di Irak sejak dahulu, terutama mengenai cerita tentang "Kepala Ikan dan Sepuluh Anjing." Menurut Ismeila, cerita ini kini menjadi kisah yang banyak diceritakan dan menjadi anekdot di mana-mana di kota Bangdad.

"Di Baghdad, memelihara seekor anjing saja adalah sebuah kerepotan tersendiri. Lalu bagaimana ada seorang mahasiswa asing bisa memelihara sepuluh ekor anjing? Karena itulah seorang pemilik warung bersimpati kepada Gus Dur yang ingin membeli kepala ikan. Sehingga dengan senang hati dia memberikan kepala ikan secara gratis kepada Gus Dur secara berkala," terang Ismeial sambil berusaha menampakkan roman muka melucu.

Sementara orang-orang Arab memang hampir-hampir tidak memiliki kenangan apapun mengenai Gus Dur. Saya sudah menanyakan ke beberapa orang Arab yang memiliki jabatan atau kedudukan cukup tinggi di masyarakat, namun mereka hanya menggeleng, tidak kenal.

Tentu saja kondisi ini berbeda seratus delapan puluh derajat dibandingkan dalam kehidupan para mukimin Indonesia. Mereka sangat mencintai Gus Dur sejak masa hidupnya, sejak sebelum menjadi presiden hingga setelah wafatnya.

Salah seorang mukimin di Jeddah yang kebetulan menjadi teman petugas haji, bercerita kepada saya bahwa mereka membuat majlis pengajian NU dan juga dzikiran untuk Gus Dur.  Sejak masih hidup hingga setelah wafatnya, majlis pengajin ini, menurut mereka merupakan bentuk dukungan moril dan kecintaan mereka kapada pujaannya, Sang Gus Dur.

“Mungkin kapan-kapan Mas bisa menengok ke sana dan menjadi saksi bahwa kita mencintai Gus Dur, meski telah mangkat,” katanya teman yang mengira saya seorang Ustadz karena mendengar ada teman lain yang memanggil demikian.

Saya pun mengiyakan undangan itu, namun hingga kini tidak pernah tahu, apakah akan bisa menghadirinya atau tidak. Maklum tugas belum selesai ditunaikan, sementara waktu terus berjalan.

“Bahkan kalau perlu kita akan mendeklarasikan GusDurian Arab Saudi, seperti teman-teman di Indonesia.  Kita berharap Gus Dur terus menjadi panutan dan akan lahir kader-kadernya yang meneruskan perjuangannya menuju Izzul Islam wal Muslimin,” tandas teman yang bertugas di Miqat Birr Ali ini.

Saya pun hanya bisa tertegun, mengingat waktu yang terus berjalan. Sementara kita harus meniti masa-masa ke belakang untuk mengingat Almarhum guru kita tercinta semasa hidupnya. Tanpa terasa, kini Gus Dur sudah setahun (Haul pertama) mendahului kita, meninggalkan berbagai kegemilangan ingatan, akan kesuksesan dan keteladanan dalam perjuangan mengalahkan keangkuhan dan kesombongan diri.  Semoga Allah merahmati kita semua, Alfatihah. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)