Warta

Ditengah Kemerdekaan Kedzaliman Kian Mulus

NU Online  ·  Jumat, 20 Agustus 2004 | 05:45 WIB

Jakarta, NU Online
Penasihat Lembaga Da'wah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Hasbullah Ali menilai meski bangsa Indonesia sudah merdeka, tapi KKN makin subur dan sangat kental bercokol di negeri ini. Proses pelaksanaannya makin halus tersembunyi rapi, sehingga berdampak sangat luas yang mendorong setiap orang berbuat kedzaliman secara mudah.

"KKN sangat bisa membuat orang untuk melakukan apa saja secara bebas, sesuai yang diinginkannya. Mereka tidak lagi dapat membatasi apakah itu perbuatan dosa, haram atau halal. Yang penting tujuan niatnya berhasil mulus," tuturnya menjawab NU Online, Jum'at (20/08).

<>

Seraya menambahkan, padahal reformasi yang didengungkan di antaranya menumpas kedzaliman, kebathilan, masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan suap-menyuap, dukun, minta keberkahan, kekayaan atau karier dengan cara yang dilarang Allah, masih tetap marak diyakini, bahkan semakin membudaya di negeri kita.

Tidak terkecuali, apakah itu dilakukan oleh kalangan muslim dan non-muslim. Akibatnya mereka tidak lagi memikirkan nasib rakyat atau staf bawahan di lembaga instansi yang dipimpinnya, tapi yang penting, asal tujuannya tercapai. "Terhadap orang-orang seperti ini, pasti akan menerima ganjaran, yakni adzab Allah. Haram baginya mendekati, bahkan jauh dari bau syurga," tegas KH Hasbullah Ali.

Ulama NU ini melihat, permainan sogok-menyogok untuk menduduki kursi jabatan di salah satu instansi pemerintahan maupun swasta akhir-akhir ini tumbuh subur dan marak. Sehubungan itu ulama ini mengingatkan, baik yang memberi maupun yang diberi upeti, sama-sama dilaknat Allah dan tidak ada tempat terbaik bagi orang dimaksud, kecuali api neraka paling bawah, tegasnya sambil mengutip Firman Allah dan Hadits Rasulullah, berkaitan dengan hal di atas barusan.

Sehubungan pelaku-pelaku KKN di atas, ulama ini melihat, hal itu justru dilakukan oleh orang-orang yang terbilang sudah tahu dalam masalah agama, sementara mereka yang non-muslim, ulama ini enggan membicarakannya. "Kita tidak usah membicarakan orang lain, tapi yang lebih penting, kita perlu serius introspeksi diri. Namun tambahnya, tidak mustahil, jika yang non-muslim menduduki jabatan dari hasil KKN, sekalipun tidak langsung, lambat atau cepat, dipastikan akan "memakan" korban bawahannya dalam menanggulangi pengembalian uang suap tersebut. (cih)