Puisi

Sajak-sajak Gatot Arifianto

Ahad, 28 Juni 2020 | 00:00 WIB

Sajak-sajak Gatot Arifianto

(Ilustrasi: pxhere.com)

Bintang Hoegeng
tak perlu gaduh, kemari, ada bintang hoegeng
tangguh berpijar diangkara malam yang sableng
 
kalian bisa membatik kompas di mata dan jantung ibu
atau melempari setan di kursi malas dengan tahu
kesederhanaan dan sikap tegap lelaki yang menancapkan peka sebagai paku
seperti lelaki waskita yang memejamkan mata dan menyebutnya tiga dari satu
dalam kelakar yang membuat terbakar sejumlah pihak di kota itu
 
jika rungu berangkat dungu, kalian bisa menyimak akar dan laskar
yang kebal dari bebal dan berkali menolak ambyar
termasuk bagaimana merawat baju, muruah dan lampu merah besar
: peti mati bagi upeti, adalah petikan gitar
yang sayang dilewatkan seperti pesan suara pacar
 
jika erang berangkat berang, kalian boleh serta mencoba, menaburkan garam
yang halal pada luka tendang, dengan tenang, tanpa geram
melankolis dan dendam
 
tak perlu gaduh, kemari, ada bintang hoegeng
yang memiliki pendar lantang agar nalar tetap waras, tetap sugeng
 
Nusantara, 2062020

 

Kinanthi Antasari
Untuk Haura, Tsaqif, Rayyan, Adeeva
 
tinggi butuh tangga. tapi tipu, liku, luka
dan segala sakit kemungkinan melintas iklan
antara doa dan elegi, mana harus jadi nutrisi?
ada koma tikungan di kalimat jalan
 
tak soal kembang atau kumbang. lekas lukis biji
kangkung melengkung hijau setelah melewati hari
kepiting senja dengan rempah pertiwi
di piring beling. sebelum nasi
ada nafas seelok veve zulfikar, gus azmi
atau boleh juga song joong ki, pada petani
yang khusyuk mengasah asa dan menyalakan nyali antasari
 
percayalah, pasrah adalah cara juga ciri
mengingkari kitab suci sejelas gelas dan burung pagi
 
tak perlu kata mata iba, pedih bukan konser, bukan orkestra
tak ada keris tanpa tempo dan tempa
tak ada capai tanpa gapai, tak ada sampai tanpa mulai
haram manyarah waja sampai kaputing* tanpa gandring!
 
Nusantara, 962020
*Selalu kuat bagaikan baja dari awal sampai akhir.  Pesan Pangeran Antasari untuk rakyat Banjar saat perang melawan penjajah.


Nyanyian Mamluk
jika diamku masih juga ancaman, sebaiknya kau bergegas masuk ke dalam diri
lalu menyeret dirimu keluar dari jurang mimpi
aku akan mengemas bosan dan berjalan kembali
 
tak perlu berdendang perang, aku mamluk yang paham dan berkali membangun takluk
bernyanyi kursi saja, dengan hati aku pergi
seperti lelaki berkaus oblong melukis temberang tenang
 
Nusantara, 2062020
 

Nasihat Tentang Gagah
gagah itu cuma perlu gigih
matikan televisi mengandung anak hilang disisih
dengan warisan lebih
 
kekalkanlah bima pada lakon dewa ruci
kupukupu meninggalkan daun pisang
atau sampah plastik yang berakhir ecobrick dalam botol
 
sajak akan selalu mekar padi
maslahat bagi hayat
karena sawah tak mengingkari bajak
 
Nusantara, 1562020


Sajak Sengaja Untuk Gatot Tarunamihardja
keputusan barangkali kenakalan, semacam kebanyakan perjaka tanggung
sengaja bersiul, sengaja mengibarkan romantis
ketika bertemu rombongan peri menggiring wangi dan senyum amabilis
 
- kita mesti berhadapan untuk mengerti dengan jelas dan pasti perihal pantas-
 
seorang diri, ia sengaja menyodorkan cermin tanpa ragu
tanpa gagu, pada rombongan serdadu yang menggiring mesiu
dengan sakal: akal yang menolak dibekuk nafsu orangorang palsu
 
- hidup ialah kesengajaan, cetak biru perjalanan
bukan tenda pernikahan mantan yang tak sengaja kita lewati-
 
subuh berkemas memberikan mandat pada pagi
suara jawara yang disimpan di peti kemas sebelum kehilangan kaki
menunggu rungu menanggalkan earphone, mengetuk rindu, malaikat sampai
dari gelasgelas kopi dan minuman kemasan dengan ASI
 
- harga diri juga nalar yang buntung tak membuat untung
sesuatu yang tak menarik dan sedikit dukung
tapi ini bendera sengaja, cahaya jantung!
yang memiliki nyala berkobar terhadap lancung!
yang memiliki nyali berkibar terhadap mendung! -
 
Nusantara, 1762020
 

Aku dan Hujan
kami berebut sesuatu
seperti anakanak menolak berbagi ibu
aku menjaga jemuran tak basah
hujan menjaga tanah tak tandus
diwaktu sama
kami samasama merasa
 
Nusantara, 1962020
 
 

Sederas Hujan Juni
Untuk Susana Ekawati
 
hujan menyambangi juni
tetaplah menyiapkan laukpauk dan kopi
ia datang mengantar perkutut, sirih gading dan koi
agar kita bergegas mandi, wangi dan rapi
 
tak peduli dihampiri atau menghampiri
sepotong atau sepiring ini hari
tauge atau padi
rezeki tumbuh puisi meski disyukuri
dengan doa sederas hujan juni
 
Nusantara, 1662020



Rekes
beri aku masker paling tebal
untuk memagar setiap bisa lafal
beri aku hand sanitizer paling ampuh
untuk mencuci caci yang suka membujuk jemari rusuh
beri aku face shield paling kuat dan terang
untuk menolak topeng yang berhasrat terhadap bopeng tampang
beri aku ruang paling riang
di mana firman hilang
dari retorika panjang
 
:berjalan sepanjang bulan matahari
laut bumi berseri
tanpa bungkus makanan dan minuman cepat saji
bertebaran tepung di hari jadi
 
Nusantara, 1462020
 

 
Jika Begitu

aku bayangkan kisah ini semacam kerutinan, jarang diketahui lelaki
mungkin juga perempuan milenial tak kenal terasi dan kemiri
 
sesekali minyak sayur menghardik kulit ketika menggoreng kentang
lele atau tempe. siapa gembala meninggalkan petang dari jutaan dapur?
 
laut tetap biru, seperti langit aster
lalu lalang angker memaksa firman bibir di balik masker
pula sikap disekap NATO dan dosa semudah meludah yang masih santer
 
hand washing dengan air bening
sudahkah membuat jari jera berbagi gunjing?
 
jika begitu, aku curiga setiap dari kita sebenarnya lama kehilangan sehat
 
Nusantara, 1162020
 

Penulis adalah Nahdliyin, Gusdurian, Kamituwo Aji Tapak Sesontengan. Mengelola channel youtube Gatot Arifianto berisi film dokumenter, informasi kesehatan dan motivasi. Tinggal di Lampung.