Nasional

Kiai Said Ajak Santri Jadikan Sastrawan Ahmad Tohari sebagai Inspirasi

Sab, 13 Juni 2020 | 13:00 WIB

Kiai Said Ajak Santri Jadikan Sastrawan Ahmad Tohari sebagai Inspirasi

Menurut Kiai Said, Ahmad Tohari merupakan sastrawan besar yang telah melahirkan banyak karya inspiratif

Jakarta, NU Online 
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengajak para santri untuk menjadikan sastrawan Ahmad Tohari sebagai inspirasi dalam bidang tulis-menulis, terutama dalam karya sastra bergenre prosa. 

“Saya Said Aqil Siroj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengucapkan selamat hari lahir yang ke-72 kepada almukaram Ahmad Tohari,” katanya di Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (13/6)


Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah, Jakarta Selatan ini, Ahmad Tohari merupakan sastrawan besar yang telah melahirkan banyak karya inspiratif. 


“Semoga beliau selalu sehat dan diberi umur panjang, bermanfaat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,” lanjutnya. 


Pak Tohari ini, lanjut kiai yang pernah menjadi santri Pesantren Kempek (Cirebon), Lirboyo (Kediri), dan Krapyak (Yogyakarta) ini memiliki latar belakang pesantren. 


“Oleh karena itu, saya mengajak kepada para santri untuk menjadikan Pak Tohari sebagai inspirasi dalam menulis di berbagai bidang, terutama karya sastra. Santri harus bisa segalanya,” tegasnya. 


Ahmad Tohari dalam wawancara dengan sebuah media berkomentar tentang santri hari ini. Ia mengutip perkataan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa santri saat ini harus menggunakan waktu sebanyak- banyaknya untuk membaca. 


“Ya, selain kitab kuning, santri diharapkan membaca apa saja,” katanya. “Karena saya memandang membaca dan menulis tak bisa dipisahkan. Laksanakan nasihat Gus Dur,” tegasnya seperti disampaikannya kepada suaramerdeka.com pada momentum Hari Santri. 


Konteksnya, lanjut Tohari, santri bisa membaca buku apa saja, pengetahuan umum, sejarah, politik, sastra dan sebagainya. 


Menurut Ensiklopedia NU, Ahmad Tohari adalah seorang pembelajar otodidak di dunia kepengarangan dengan bakat dan hasrat yang besar. Masa awal kepengarangannya beriringan dengan pekerjaannya sebagai redaktur majalah terbitan BNI 46, harian Merdeka, dan majalah Keluarga serta Amanah di Jakarta.Tetapi, kemudian ia memilih pulang dan tinggal di desanya.


Di antara karyanya adalah Kubah (novel, 1980); Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982); Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985); Jentera Bianglala (novel,1986); Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986); Senyurn Karyarnin (kumpulan cerpen,1989); Bekisar Merah (novel, 1993); Mas Mantri Gugat (kurnpulan esai, 1994); Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995); Mas Mantri Menjenguk Tuhan (kumpulan esai, 1997); Nyanyian Mularn (kumpulan cerpen, 2000); Belantik (novel, 2001); Orang-orang Proyek (novel, 2002); dan Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004).


Pewarta: Abdullah ALawi 
Editor: Alhafiz Kurniawan