Parlemen

Dibanjiri Konten Provokatif, Ketum DPN Gemasaba Minta Dai Muda NU Aktif di Media Sosial

Kam, 6 Mei 2021 | 14:14 WIB

Dibanjiri Konten Provokatif, Ketum DPN Gemasaba Minta Dai Muda NU Aktif di Media Sosial

Ketua Umum DPN Gemasaba, Heru Widodo (kanan) bersama Ketua DPW Gemasaba DKI Jakarta Ahmad Rifki ​​​​​​​Amin saat mengisi Podcast bertajuk “Bijak Memilih Tontonan, Cermat Merujuk Pemahaman Keagamaan“, di Kopi Politik, Kamis (6/5). 

Jakarta, NU Online
Ketua Umum DPN Gemasaba, Heru Widodo, meminta dai muda Nahdlatul Ulama terus aktif di media sosial menyebarkan nilai-nilai luhur Aswaja. Ia menilai narasi-narasi kegamaan di media sosial lebih banyak dibanjiri ujaran provokatif, bahkan cenderung radikal. 

 

“Dai Muda NU harus giat bersosial media, sampaikan pesan Islam yang ramah dan menyejukan,” kata Heru Widodo saat memberikan sambutan di acara Podcast bertajuk “Bijak Memilih Tontonan, Cermat Merujuk Pemahaman Keagamaan“,  yang digelar DPW Gemasaba DKI Jakarta di Kopi Politik, Kamis (6/5). 


 
Anggota Komisi III FPKB DPR RI ini melihat dunia digital, khususnya media sosial disesaki narasi keagamaan yang justru jauh dari nilai Islam sebenarnya. “Narasi-narasi radikal-provokatif ini harus , dilawan dengan pesan keislaman yang ramah,” sambung dia.

 

Sementara itu, Ketua DPW PKB DKI Jakarta, KH Hasbiallah Ilyas, meminta Gemasaba DKI meningkatkan kualitas diri dengan memperkaya kemampuan, khususnya yang terkait dengan marketing digital.

 

“Gemasaba harus lebih kreatif, bagaimana menyampaikan pesan secara efektif dan massif memberi warna di Jakarta, apalagi ini di Ibukota, di mana orang belajar sampai ngaji online,” katanya. 

 

Acara yang dipandu Ketua DPW Gemasaba DKI Jakarta Ahmad Rifki Amin ini menghadirkan Anggota DPR FPKB KH Maman Imanulhaq, dan Pengamat Kebijakan Publik Miftahul Adib. 

 

Kang Maman, demikian biasa disapa menyampaikan pentingnya menyerap ilmu yang bersanad. Hal itu penting sebagai bagian tradisi ulama-ulama NU. “Menyerap ilmu harusnya bersanad, nyambung hingga ke Rasulullah. Memilih guru pun demikian, kita tahu silsilah belajar para guru, itu harus jelas sanadnya, ” kata Kang Maman. 

 

Miftahul Adib berharap kepada PKB dan dai-dai muda dari NU lebih mewarnai persebaran dakwah di media sosial. “Ini domainnya NU, domainnya PKB. Harus menjadi kebijakan partai dan organisatoris agar lebih memberi warna bahkan mendominasi. Tentu dengan ajaran-ajaran yang bersumber dari kitab kuning,” kata Adib.