Oleh Ruchman Basori
Menghilangkan kesan bahwa madrasah bukan pendidikan
kelas dua tidaklah perkara mudah. Walaupun kadang pembandingnya tidak seimbang. Satu sisi
sekolah dikatakan lebih unggul dari madrasah, padahal negeri ini jelas-jelas
hampir tidak pernah absen memperhatikan lembaga jenis ini di samping karena
sifat dan karakter madrasah berbeda dengan sekolah. Sementara madrasah baru diperhatikan secara serius utamanya
setelah dikeluarkannya UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, itupun belum merambah pada keseluruhan aspek yang
dibutuhkan bagi keadilan perlakukan pendidikan di negeri ini.
Kesan kumuh, terbelakang dan marginal mungkin lebih
pas disematkan kepada madrasah kala itu. Karena memang para pendiri
madrasah mengorientasikan pendirian madrasah untuk kalangan masyarakat yang kurang mampu.
Berada di kampung, sulit akses, dan berprinsip pada education for all, jauh sebelum PBB menjadikannya sebagai slogan
memperbaiki hajat pendidikan untuk seluruh warga dunia.
Kini kondisi madrasah tidak lagi dipandang sebelah mata. Tidak
sedikit orang tua merasa
kecewa karena anaknya tidak diterima di bangku madrasah akibat persaingan yang cukup ketat. Banyak laporan yang
dialamatkan kepada Direktorat Pendidikan Madrasah yang dipimpin Prof. Dr. Nur
Kholis Setiawan bahwa madrasah mulai kewalahan menampung animo masyarakat. Kondisi tersebut berbanding lurus
dengan banyaknya pengajuan ruang kelas baru.
Transformasi dari madrasah pinggiran menjadi madrasah
kelas menengah. Dari madrasah kumuh menjadi madrasah kukuh,
dari madrasah kelas dua
menjadi madrasah pilihan utama. Tidak heran jika Direktorat Madrasah Ditjen
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI membuat slogan “Madrasah Lebih Baik,
Lebih Baik Madrasah”.
Meski demikian, untuk di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) masih terdapat
madrasah yang baru pada tahap
pencarian jati diri, kemudahan akses dan belum pada berpikir tentang mutu. Biasanya
masalah yang dihadapi mereka adalah banyaknya gedung yang perlu direnovasi,
daya saing yang kurang tinggi sampai isu putus sekolah karena ketidakmampan pembiayaan.
Tulian ini akan difokuskan pada ikhtiar Kementerian Agama RI membangun 20
Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN-IC) di Indonesia. Madrasah dengan
berjibun prestasi, madrasah dengan pencetak kader hibrida (unggul) di tengah
persaingan lembaga pendidikan. MAN IC merupakan Madrasah dengan sistem berasrama
(boarding school) yang kini mampu
menjadi pesaing sekolah-sekolah hebat di negeri ini. Madrasah dengan sumbu
akademik dan riset yang mencoba disuguhkan di tengah keterbatasan pendanaan
yang terus diperjuangkan.
Bonus Demografi
Tahun 2035 Indonesia akan mendapat berkah demografi dari total
seluruh penduduk Indonesia yang berada pada usia produktif (15-64 tahun). Berkah ini harus mendapat perhatian, khususnya dengan peningkatan layanan pendidikan yang memadai.
Di bidang ekonomi, berdasarkan survei the
Mc Kinsey Global Institute, di tahun 2035 Indonesia diprediksi bakal
menempati peringkat ke-7 ekonomi dunia, setelah Cina, Amerika Serikat, India,
Jepang, Brazil, dan Rusia. Pada saat yang sama, perekonomian Indonesia akan
ditopang oleh empat sektor utama: bidang jasa, pertanian, perikanan, serta
energi. Bangsa Indonesia harus mulai mempersiapkan sejak sekarang karena kebutuhan
tenaga terampil akan meningkat dari 50 juta menjadi 113 juta orang pada periode
tersebut.
Bonus
demografi penduduk Indonesia dan ramalan the McKinsey Global Institute di atas, akan mengantarkan
kepada “Indonesia Emas”, piranti
utamanya adalah bagaimana kita bisa berbenah diri meningkatkan mutu pendidikan
dan memperluas akses pada pendidikan bermutu, tak terkecuali pendidikan
madrasah.
Sadar akan peluang dan tantangan tersebut, Kementerian Agama melalui Direktorat
Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, menyiapkan anak-bangsa yang unggul
(hibrida) dengan mendisiminasikan keunggulan MAN Insan Cendekia yang telah ada
yaitu MAN IC Serpong, MAN IC Gorontalo dan MAN IC Jambi
dikembangkan dan diperluas
di 20 Provinsi. Ini langkah berani dan brillian para pemimpin pada Kementerian
Agama RI dalam hal meningkatkan mutu madrasah.
Adalah Bacharuddin Jusuf Habibi (BJ Habibi), mantan Presiden ke-3 RI melalui
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) menginisiasi pendirian sekolah yang memadukan antara
sistem persekolahan dengan sistem pondok pesantren/berasrama (boarding
school) sekitar dekade 1996-an. Lembaga pendidikan yang bertujuan menciptakan manusia
Indonesia yang unggul tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
tetapi juga iman dan takwa (IMTAK), selaras dengan semangat para cendekiawan muslim
waktu itu. Lalu dipilihlah nama Sekolah Menengah Atas Insan Cendekia (SMA IC)
yang kemudian didirikan di Serpong Tangerang Selatan dan Gorontalo.
Dalam perkembangannya untuk menjamin kesinambungan (sustanibility) dan eksistensi SMA IC
dambaan tersebut, SMA IC
Serpong dan Gorontalo pengelolaanya diserahkan kepada Kementerian Agama RI sekitar
tahun 2000. Kementerian Agama mentransformasikan SMA IC menjadi Madrasah
Aliyah Negeri Insan
Cendekia (MAN IC) sesuai dengan tugas dan fungsi (Tusi) mengembangkan
pendidikan madrasah dan faktor
filosofis-idiologis untuk kepentingan
umat. Sekitar tahun 2009 Kementerian Agama menambah satu
lagi MAN IC yaitu di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
Dalam beberapa dokumen tertulis yang penulis baca, kehadiran
MAN Insan Cendekia dilatar belakangi oleh beberapa hal, yaitu: Pertama, masih adanya kesenjangan antara
madrasah yang diidealkan masyarakat dengan realitas sebagian besar madrasah
yang belum memiliki keunggulan komparatif. Kehadiran madrasah yang mampu
mempersiapkan manusia unggul dalam arti menguasai bidang sains dan teknologi,
memiliki kecerdasan intelektual, emosional, spiritual (IESQ), dan sosial secara
terpadu, merupakan keniscayaan. Kedua,
membuka akses yang lebih luas kepada masyarakat akan lembaga pendidikan Islam
yang bermutu tinggi, yang dapat menampung dan mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal dan terpadu, berkeunggulan lokal, dan berdaya saing global
dengan biaya yang terjangkau.
Ketiga, mengembangkan
lembaga pendidikan Islam yang dapat dijadikan model dan contoh (uswah hasanah) bagi lembaga-lembaga
pendidikan Islam lainnya yang ada di daerah; Keempat, mewujudkan ‘teacher resources center’ yang
berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik dan
kependidikan madrasah di provinsi lokasi MAN IC. Kelima, bentuk komitmen Kementerian Agama RI selaku institusi
pendiri, pembina dan penanggung jawab lembaga pendidikan Islam untuk
melaksanakan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Berkali-kali Kamarudin Amin, Direktur Jenderal
Pendidikan Islam menyampaikan pentingnya pendidikan Islam di Indonesia sebagai
kiblat pendidikan Islam dunia. Salah satu ikhtiarnya adalah menciptakan
pendidikan Islam bermutu dan berdaya saing, MAN Insan Cendekia saya kira salah
satu ikhtiar tangga mencapai misi tersebut. Dengan demikian berkah demografi
penduduk mampu diberdayakan dalam konteks pendidikan Islam bukan malah menjadi
petaka karena kita tidak mampu mengelola jumlah penduduk produktif di kelak
kemudian hari.
Kader
Hibrida
Transformasi madrasah menemukan momentumnya ketika para siswa MAN IC
mampu menembus batas prestasi, tidak saja di lingkungan madrasah, namun melampaui sekolah-sekolah lain. Keberhasilan ini menghapus kesan
bahwa madrasah
yang digolongkan sebagai lembaga pendidikan kelas dua, miskin prestasi dan
hanya mencetak siswa paham agama (tafaqquh
fiddin) terbantahkan.
Prestasi demi prestasi telah diukir oleh MAN IC utamnya
dua MAN IC di Serpong dan Gorontalo baik skala regional, nasional sampai ke
kancah internasional. Bagi siawa MAN IC keiukutsertaan dalam ajang olimpiade
sains seakan menjadi keharusan untuk menunjukan kepada dunia bahwa madrasah merupakan
pendidikan lebih baik dari layanan pendidikan lainnya di negeri ini. Prestasi
para siswa MAN IC telah membawa nama harum Indonesia di kancah Internasional, di Kanada, Taiwan
Korea Selatan, Italia, Australia, Rusia, Polandia dan Denmark.
Muhammad Ahdillah Fadlila Dayajati, siswa MAN
Insan Cendekia Gorontalo terpilih menjadi salah satu duta Indonesia dalam International Olympiad on Astronomy and
Astrophysics (IOAA). Ajang bergengsi tingkat dunia yang berlangsung di Magelang pada 26 Juli -
4 Agustus 2015. Sebelumnya dia berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Sains Nasional di
Yogyakarta.
Nagita Gianty Annisa, siswa MAN IC
Serpong bersama tiga teman lainnya dari sekolah berbeda berhasil meraih medali
perunggu pada kompetisi International
Biology Olympiad (IBO) di Aarthus, Denmark digelar 12-19 Juli 2015. Hanif Saifurrahman dari MAN Insan Cendikia Serpong berhasil memenangi lomba penulisan esai dengan
tema “Masalah Lingkungan Hidup, Sosial dan Budaya” yang diselenggarakan
Kedutaan Besar Amerika dan Yayasan Penerbit Lentera (2015) bersama empat siswa MAN 4 Jakarta yang
berhasil memenangi lomba yaitu Munawar
Aidil (Mengatasi Kecemburuan Sosial antara Gojek dan Tukang Ojek Pengkolan),
Putri Suryani (Rusaknya Hutan dan Permasalahan yang Menggunung), dan Kevina Florensia (Kota Bersih dengan Pemain Basket
Amatir).
Sementara pada ajang bergengsi
Olimpiade Sains Nasional (OSN) oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dalam lima tahun terakhir mandrasah mampu merebut medali emas. Misalkan pada OSN XII 2013 di Bandung tidak kurang dari 21 Siswa Madrasah meraih medali OSN. Empat medali emas diantaranya di raih oleh siswa MAN IC Serpong dan MAN IC Gorontalo. Sudah tak
terhitung lagi berapa siswa yang masuk final dalam ajang OSN bersaing dengan
anak-anak bangsa lainnya.
Direktorat
Pendidikan Madrasah mencatat, beberapa alumni MAN IC telah diterima di
perguruan tinggi ternama di Luar Negeri seperti, di Malaysia,
Singapura, Qatar, Mesir, Jepang, Taiwan, Australia, Belanda, Rusia, Jerman dan negara-negara lain. Sementara hampir 98% siswa/i MAN IC mampu bersaing memasuki PTN
bergengsi di tanah air seperti UI, ITB, UGM, IPB, ITS, UNAIR dan sebagainya.
Raihan prestasi yang dicapai MAN IC ini dapat
dikatakan sebagai bukti keberhasilan menciptakan “kader hibrida”. Kader unggul,
kader multitalenta sebagai kebanggaan bersama. MAN Insan Cendekia dengan
demikian merupakan tempat bersemainya kader-kader bangsa yang tidak saja cerdas
intelektualnya tetapi, cerdas emosional dan spiritualnya.
Dengan sistem boarding school memungkinkan tergalinya pelbagai potensi yang dimiliki oleh para siswa. Pada saat
yang sama kader hibrida harus mampu menjadi suri tauladan (model) dalam
berfikir, bertindak dan berperilaku mengejawantahkan tugas-tugas sebagai hamba (‘abdun) dan pemimpin Tuhan
di muka bumi (khalifatullah fil ard)
sesuai namanya yaitu insan cendekia.
Kader Hibrida ala MAN Insan Cendekia juga harus mampu
mengisi ruang kosong sebagai manusia Indonesia yang berkarakter dan berbudaya
yang pada gilirannya sebagai pencipta peradaban. Sosok penjaga moral, creator,
inventor dan innovator adalah juga cerminan dari kader hibrida yang dibutuhkan
sebagai produk keunggulan pendidikan Islam.
Kisah sukses (best practice) ketiga MAN IC dengan
berjibun prestasi dan keunggulan layanan tersebut didesiminasikan oleh
Kementerian Agama dengan mendirikan 20 MAN IC dengan menggandeng Pemerintah
Daerah untuk bersama-sama berkomitmen mempersiapkan generasi hibrida. Salah
satu butir komitmen Pemda yang dituangkan dalam MoU dengan Kementerian Agama RI
dalam pendrian MAN IC adalah menyediakan tanah sekurang-kurangnya 10 Ha,
membangun infra struktur jalan, akses air bersih, listrik dan pagar keliling.
Semantara ada beberapa Pemda yang menyediakan beasiswa bagi putra-putri MAN IC
terutama yang berasal dari daerahnya.
Dari 20 MAN IC
yang dibangun 6 diantaranya telah beroperasi melakukan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) pada tahun pelajaran 2015 yaitu MAN IC Aceh Timur, Siak Riau, OKI
Sumatera Selatan, Bangka Tengah Kep. Bangka Belitung, Paser Kalimantan Timur
dan Kota Pekalongan Jawa Tengah.
Sambil memperkuat
monitoring dan quality control atas 9
MAN IC yang telah eksis, baik dalam hal kurikulum dan evaluasi pembelajaran,
kapasitas dan komitmen PTK, kegiatan pengembangan kepesantrenan serta kultur
akademik, Kemenag mempersiapkan 8 MAN IC yang telah siap melakukan PPDB pada
tahun pelajaran 2016 yaitu MAN IC Papua Barat, Kendari Sultera, Palu Sulteng,
Sambas Kalbar, Tanah Laut Kalimantan Timur, Kota Batam Kepri, Padang Pariaman
Sumbar, dan Bengkulu Tengah Bengkulu.
Sekretaris Jenderal PMU MAN Insan Cendekia Kementerian Agama RI dan kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
Terpopuler
1
Amalan Gus Baha saat Haji dan Khataman di Bulan Syaban
2
Begini Cara Peringati Malam Nisfu Syaban
3
Mulai Esok Sunnah Puasa Ayyamul Bidl Bulan Syaban 1446 H
4
Khutbah Jumat: Sya’ban, Bulan Pembersihan Diri Menyambut Ramadhan
5
Kemenag Gelar Sidang Isbat Awal Ramadhan 1446 H pada Akhir Februari 2025
6
Lembaga Dakwah PBNU Kirim Dai Internasional ke Lima Negara
Terkini
Lihat Semua